Berapa asumsi return saham yang wajar? Hal ini menjadi pertanyaan banyak investor. Baik yang masih awam, ataupun yang sudah veteran. Besar kecilnya prediksi return bisa mempengaruhi keputusan investasi. Namun pada kenyataannya memprediksikan return saham sangatlah sulit.
Jika prediksi returnnya terlalu tinggi, investor bisa kecewa karena return tidak tercapai. Seperti halnya return IHSG 3 tahun terakhir dari 2011 – 2013 yang sebesar 3.20%, 12.94% dan -0.98%. Terlalu rendah, investor bisa kehilangan minat karena hasil yang diperoleh tidak setara dengan risiko yang ditanggung.
Pada prakteknya, para perencanaan keuangan, agen penjual dan bahkan manajer investasi sekalipun tidak ada yang bisa mengetahui dengan pasti berapa return saham dalam 1 tahun. Namun ada kesepakatan tidak tertulis yang menyatakan bahwa prediksi return saham biasanya berkisar antara 15% – 25% per tahun. Namun data historis 3 tahun terakhir sudah membuktikan bahwa hal tersebut tidak terjadi dalam 3 tahun terakhir.
Penentuan asumsi return yang salah dalam perencanaan keuangan, bisa berdampak fatal. Jika terlalu tinggi, investor ibarat diberi “angin surga”, dengan modal minimal bisa mencapai hasil maksimal. Tujuan keuangan bisa buyar kalau seandainya angka yang ditargetkan tidak tercapai.
Sementara jika terlalu rendah, jumlah investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keuangan menjadi terlalu besar sehingga investor harus menerima kenyataan bahwa tujuan dia tidak realistis karena besaran investasi di luar kemampuannya.
Permasalahannya, dalam investasi apalagi investasi saham, tidak bisa menjanjikan return pasti. Sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, return saham secara umum yang dicerminkan oleh IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) bisa berkisar dari kerugian puluhan persen hingga keuntungan puluhan persen per tahunnya.
Return IHSG juga dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari data makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, cadangan devisa, ekspor impor, kemudian data lain kinerja perusahaan, harga komoditas, kondisi politik dan ekonomi di dalam dan luar negeri, hingga aliran dana asing. Kebanyakan dari indikator tersebut, juga menggunakan angka asumsi yang rentan berubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
Untuk itu, adanya acuan atau paling tidak informasi mengenai rentang potensi kerugian / keuntungan yang mungkin ditanggung akan membuat investor lebih siap dalam berinvestasi saham dan menghadapi risiko fluktuasi di bursa.
Untuk bisa mendapatkan informasi tersebut, maka saya melakukan penelitian terhadap IHSG dengan menggunakan data 16 tahun terakhir yaitu dari 1997 – 2013. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
Pertama, pengumpulan data IHSG bulanan dari Juli 1997 sampai dengan Desember 2013 yang bersumber dari Yahoo Finance. Kemudian dilakukan simulasi, seandainya investor berinvestasi senilai Rp 1 juta dengan jangka waktu 1 tahun mulai Juli 1997, berapa nilainya di Juli 1998. Kemudian, simulasinya bergerak naik 1 bulan yaitu dari Agustus 1997 – Agustus 1998, September 1997 – September 1998 dan seterusnya sampai Desember 2013. Simulasi tersebut juga dibuat dengan jangka waktu investasi yang lebih panjang yaitu mulai dari 2 tahun hingga 15 tahun.
Kedua, hasil simulasi tersebut kemudian dikumpulkan untuk dihitung hasil investasi tertinggi, terendah dan rata-rata. Angka tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi jika return saham sesuai dengan asumsi. Karena rentang asumsi yang luas, yaitu dari 15% – 25%, maka saya mengambil jalan tengah yaitu 20% sebagai angka acuan.
Ketiga, untuk memberikan gambaran yang kepada investor dalam bentuk persentase, selanjutnya hasil simulasi tersebut juga saya hitung nilai ekuivalen return per tahunnya. Sebagai contoh, jika Rp 1 juta menjadi Rp 1.210.000 dalam 2 tahun, maka hasil tersebut setara dengan return 10% per tahun dengan asumsi bunga berbunga (compounding). Pada tahun pertama nilai Rp 1 juta mendapat bunga 10% menjadi Rp 1,1 juta. Dan pada tahun kedua naik menjadi Rp 1,21 juta, diperoleh dari Rp 1,1 juta + 10% dikalikan Rp 1,1 juta.
Untuk mempermudah, selanjut hasil penelitian di atas dibagi menjadi 3 bagian yaitu rentang 1-5 tahun, 6-10 tahun dan 11 – 15 tahun. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:
Hasil Investasi Rp 1 Juta |
1 Tahun |
2 Tahun |
3 Tahun |
4 Tahun |
5 Tahun |
Tertinggi |
1,984,211 |
2,892,751 |
3,324,045 |
4,623,548 |
7,163,153 |
Rata-rata |
1,210,251 |
1,461,254 |
1,758,204 |
2,189,882 |
2,662,321 |
Terendah |
461,826 |
579,153 |
610,400 |
651,947 |
642,852 |
Asumsi 20% |
1,200,000 |
1,440,000 |
1,728,000 |
2,073,600 |
2,488,320 |
Ekuivalen Return Per Tahun |
|||||
Tertinggi |
98% |
70% |
49% |
47% |
48% |
Rata-rata |
21% |
21% |
21% |
22% |
22% |
Terendah |
-54% |
-24% |
-15% |
-10% |
-8% |
Dengan menggunakan 5 tahun sebagai acuan, kita bisa melihat bahwa rata-rata return saham selama periode tersebut adalah 22% atau nilai Rp 1 juta menjadi Rp 2,66 juta. Angka tersebut di atas asumsi 20% yang sebesar Rp 2,58 juta. Namun jika kita lihat angka tertinggi dan terendah, maka ada kemungkinan investor bisa untung sampai Rp 7 juta atau tinggal Rp 640 ribu setelah 5 tahun. Jika dipersentasekan, setara dengan 48% dan -8% per tahun.
Jika dalam memprediksikan return saham, anda menggunakan “Rata-Rata” sebagai acuan, maka angka 20% bisa dikatakan wajar karena rata-rata 1-5 tahun berkisar di angka 21% dan 22%. Namun investor harus menyadari bahwa, angka terendah baik dalam Rupiah ataupun persentase di atas menunjukkan bahwa target investor bukan hanya tidak tercapai, bahkan menderita kerugian setelah beberapa tahun berinvestasi.
Hasil Investasi Rp 1 Juta |
6 Tahun |
7 Tahun |
8 Tahun |
9 Tahun |
10 Tahun |
Tertinggi |
7,068,786 |
6,978,141 |
9,850,748 |
10,355,653 |
12,414,548 |
Rata-rata |
3,229,391 |
4,041,596 |
4,919,801 |
6,075,225 |
6,992,882 |
Terendah |
704,285 |
1,049,510 |
1,639,192 |
1,873,986 |
3,061,462 |
Asumsi 20% |
2,985,984 |
3,583,181 |
4,299,817 |
5,159,780 |
6,191,736 |
Ekuivalen Return Per Tahun |
|||||
Tertinggi |
39% |
32% |
33% |
30% |
29% |
Rata-rata |
22% |
22% |
22% |
22% |
21% |
Terendah |
-6% |
1% |
6% |
7% |
12% |
Dengan menggunakan data 6 – 10 tahun, terdapat perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan 1 – 5 tahun. Perbedaan tersebut terletak pada hasil investasi terendah. Meski rata-rata return saham tetap berkisar antara 21% – 22%, angka terendah secara Rupiah pada tahun ke 7 sudah di atas Rp 1 juta. Artinya, dengan jangka waktu investasi minimal 7 tahun, maka kemungkinan investor untuk mengalami kerugian adalah hampir tidak ada karena berdasarkan data historis tidak pernah terjadi sebelumnya.
Hasil Investasi Rp 1 Juta |
11 Tahun |
12 Tahun |
13 Tahun |
14 Tahun |
15 Tahun |
Tertinggi |
12,222,605 |
14,052,620 |
12,851,820 |
15,435,669 |
15,629,839 |
Rata-rata |
7,405,006 |
8,286,080 |
8,607,862 |
9,180,909 |
10,449,133 |
Terendah |
2,511,291 |
3,221,041 |
4,255,383 |
5,727,120 |
5,743,120 |
Asumsi 20% |
7,430,084 |
8,916,100 |
10,699,321 |
12,839,185 |
15,407,022 |
Ekuivalen Return Per Tahun |
|||||
Tertinggi |
26% |
25% |
22% |
22% |
20% |
Rata-rata |
20% |
19% |
18% |
17% |
17% |
Terendah |
9% |
10% |
12% |
13% |
12% |
Pada data 11 – 15 tahun, terdapat sedikit anomali (keanehan). Sebab rata-rata return malah menurun dari yang tadinya 21% – 22% menjadi 17% – 20%. Namun jika anda memperhatikan tingkat return terendah, lebih baik dibandingkan periode sebelumnya karena paling kecil 9%. Artinya dalam jangka panjang kalaupun tidak berhasil mencapai target 20% tersebut, apes-apesnya masih dapat sekitar 9% – 13%.
Dari tabel di atas, saya pribadi, beranggapan bahwa periode terbaik untuk berinvestasi saham secara lump sum (sekaligus di depan) adalah 10 tahun. Sebab pada periode tersebut return terendah yang diperoleh adalah minimal 12%, hampir 2 kali lipat dibandingkan inflasi Indonesia. Rata-ratanya di atas 20% dan syukur-syukur bisa dapat hingga 29%.
Kembali ke judul artikel, Jadi berapa asumsi return saham yang wajar? Menurut saya apabila berpatokan pada rata-rata, maka 20% bisa dikatakan wajar. Hanya saja investor perlu menyadari bahwa ada kemungkinan hasil investasi di bawah 20% atau bahkan merugi seperti yang ditunjukkan pada terendah pada tabel di atas.
Sebagai gambaran, saya berikan juga tabel hasil simulasi yang sama dengan menggunakan Panin Dana Maksima
Hasil Investasi Rp 1 Juta | 1 Tahun | 2 Tahun | 3 Tahun | 4 Tahun | 5 Tahun |
Tertinggi | 2,942,407 | 4,793,634 | 5,387,024 | 6,314,536 | 7,248,864 |
Rata-rata | 1,382,117 | 1,878,858 | 2,404,040 | 3,183,461 | 4,123,194 |
Terendah | 582,002 | 648,172 | 758,248 | 1,180,945 | 1,705,875 |
Asumsi 20% | 1,200,000 | 1,440,000 | 1,728,000 | 2,073,600 | 2,488,320 |
Ekuivalen Return Per Tahun | |||||
Tertinggi | 194% | 119% | 75% | 59% | 49% |
Rata-rata | 38% | 37% | 34% | 34% | 33% |
Terendah | -42% | -19% | -9% | 4% | 11% |
Hasil Investasi Rp 1 Juta | 6 Tahun | 7 Tahun | 8 Tahun | 9 Tahun | 10 Tahun |
Tertinggi | 9,549,677 | 12,876,752 | 20,223,635 | 22,727,060 | 27,733,625 |
Rata-rata | 5,446,004 | 7,470,270 | 10,171,447 | 13,767,181 | 17,136,400 |
Terendah | 2,160,251 | 3,588,265 | 4,367,134 | 3,119,062 | 6,973,881 |
Asumsi 20% | 2,985,984 | 3,583,181 | 4,299,817 | 5,159,780 | 6,191,736 |
Ekuivalen Return Per Tahun | |||||
Tertinggi | 46% | 44% | 46% | 41% | 39% |
Rata-rata | 33% | 33% | 34% | 34% | 33% |
Terendah | 14% | 20% | 20% | 13% | 21% |
Hasil Investasi Rp 1 Juta | 11 Tahun | 12 Tahun | 13 Tahun | 14 Tahun | 15 Tahun |
Tertinggi | 29,959,545 | 51,120,088 | 60,768,130 | 66,802,646 | 73,624,784 |
Rata-rata | 20,499,609 | 28,209,018 | 37,001,816 | 46,900,370 | 61,305,457 |
Terendah | 9,436,948 | 15,460,688 | 16,803,006 | 16,739,505 | 44,452,040 |
Asumsi 20% | 7,430,084 | 8,916,100 | 10,699,321 | 12,839,185 | 15,407,022 |
Ekuivalen Return Per Tahun | |||||
Tertinggi | 36% | 39% | 37% | 35% | 33% |
Rata-rata | 32% | 32% | 32% | 32% | 32% |
Terendah | 23% | 26% | 24% | 22% | 29% |
Demikian artikel kali ini, semoga bermanfaat bagi anda semua.
PS : Hasil ini berbeda dengan tulisan saya sebelumnya (http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2011/04/02/apakah-investasi-saham-jangka-panjang-pasti-menguntungkan/) karena data yang digunakan berbeda. Data pada artikel lama menggunakan data 1984 – 2011, sementara data ini menggunakan 1997 – 2013 yang menurut saya lebih relevan karena pasar modal Indonesia baru mulai aktif pada tahun tersebut.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Sumber Gambar : istockphoto.com
Sumber Data : Panin Asset Management dan Yahoo Finance
Bagus banget share2 yg sudah Pak Rudi sajikan, sangat bermutu dan bermanfaat membuka wawasan. Informasinya original dan tidak seperti sajian media2 lain yg copy paste. Thank you buat sharingnya. Semoga Pak Rudi makin tinggi ilmunya dan sukses di pasar saham Indo. Gud luck
LikeLike
@Cen Lan Yi
Thank you, Cen.
LikeLike
Data yang Pa Rudi sajikan sungguh menarik
Dengan minimum annualized return Panin Dana Maksima sebesar 20% utk jangka waktu 8 thn (kenaikan 4,3x lipat)
Saya membayangkan bila banyak orang Indonesia yang rela menyisihkan 20% pendapatan tahunannya secara rutin tiap tahun (80% sisanya utk pengeluaran) untuk membeli reksadana Panin Dana Maksima
Sebenarnya setelah 8 thn, orang tsb akan mendapatkan kembali minimal 86% pendapatan tahunannya (masih lebih besar dibanding 80% pendapatan yang sdh dikeluarkan)
Saya rasa perlu digalakkan lebih gencar lagi, budaya menyisihkan 20% pendapatan untuk investasi jangka panjang
LikeLike
@Hermawan
Salam Pak Hermawan,
Analisa yang menarik, terima kasih untuk sharingnya.
LikeLike
pak rudi, untuk mencari data mengenai return saham per tahunnya dari mana ya pak? makasih
LikeLike
@tikha
Dear Tikha,
Sudah coba ke Yahoo Finance?
LikeLike
Terima kasih kepada pak rudi, saya memang sedang mencari referensi hal seperti ini, eh nyangkut di blog anda. Saya memang sedang cari investasi untuk dana pensiun saya. di karenakan di kantor saya tidak ada JHT. Dan info ini sangat – sangat membuka pikiran dan sangat jelas penjelasannya. sekali lagi terima kasih atas sharenya…. Salam
LikeLike
salam pak Rudi,
saya sedang investasi di RDS dan produk unitlink. Yang saya tanyakan kenapa return produk unitlink tidak sesuai dengan harapan ya pak ?
Mohon penjelasan dan terima kasih pak
LikeLike
@ferry pasaribu
Salam Pak Ferry,
Apakah boleh lebih spesifik, yang dimaksud dengan tidak sesuai harapan itu seperti apa?
Terima kasih.
LikeLike
Menurut sy kurang menarik investasi dapetnya 20% per tahun. Bgmn klo 20% per bulan? Mungkin ga pak? Logika sy di bursa saham ring antra hight-low bisa 2%-6% per hari. Klo kita target sehari dapet 1% sj bukankah 1bulan lebih dr 20%?
LikeLike
@roni
Salam Pak Roni,
Kalau targetnya 20% per bulan, menurut saya lebih mungkin jika anda buka usaha sendiri. Sebab bisnis riil bisa puluhan bahkan ratusan persen per bulan kalau bisnisnya booming. Kalau mau mendapatkan 20% di saham, satu-satunya cara adalah dengan trading secara aktif. Tapi berhasil atau tidak tergantung pada kemampuan si tradernya.
Semoga bermanfaat
LikeLike
Saham yang wajar sebenarnya sangat sulit di mainkan, contohnya saham RCTI sangat anjlok karena pemiliknya ternyata tergabung dengan cikeas.
LikeLike