Dalam kondisi pasar yang tidak menentu seperti sekarang dimana berita dan sentimen buruk datang silih berganti. Apa posisi anda sekarang ?
- Buy, Strong Buy… Kapan lagi bisa beli di harga murah
- Sell, Pokoke Sell… Udah ga bisa tidur dan kapok investasi
- Wait and See, kaga ngapa2in toh investasi buat jangka panjang
Silakan sharing pendapat anda disini.
Hello Pak! Sudah lumayan lama saya ga comment di halaman Bapak. Kebetulan saya RSS page bapak, jadi begitu ada article baru, saya bisa langsung baca.. Sebetulnya saya ingin tahu apa pendapat bapak mengenai market sekarang ini.. Saya tunggu article bapak mengenai situasi market Indonesia saat ini.. especially setelah black monday 2 hari lalu..
Terus terang, saya sudah mulai shift investasi saya ke reksadana index (saya penganut Boglehead) – jadi dari analisa saya, keadaan market indonesia memang sudah stong bearish sejak beberapa minggu lalu, tapi volatilitas baru meningkat minggu lalu..
Karena saya ber-DCA ria, semakin bearish semakin besar position sizing yang saya ambil..
Jadi saat ini strategy nya adalah – masih regularly buy (auto-buy) dengan posisi yang lebih besar.
Terima kasih
Az
LikeLike
Selamat siang Pak Rudi,
Untuk saat ini sih saya tetap setia untuk DCA juga, toh tujuan awal investasi di reksadana juga untuk jangka panjang. Melihat nab yang terus turun, harusnya sih semangat untuk beli lagi tapi terbatas pada modal. Saya masuk reksadana di awal 2013 dan saat itu nab PDM dan PDP masih tinggi sekali dibandingkan saat ini dan kalo saya jual saat ini akan rugi 20%. Daripada rugi lebih baik saya tetap bertahan dan yakin bahwa dalam jangka panjang pasti akan untung.
LikeLike
Strategi saya membeli saham dengan metode piramid, nyicil sedikit2, makin rendah harganya, makin besar jumlah yg dibeli.
LikeLike
No.3, wait and see. Perasaan (bukan pikiran) saya mengatakan, masih bisa turun lagi. Sembari mengendapkan dana nganggur di RDPU, siap dicairkan kalau2 sikon sudah berbalik.
LikeLike
Hallo pak Rudi,
kalau saya pak… sejak September 2014 posisi nya sudah totally ‘out of the market’ and.. memilih u/ menjadi pengamat saja dulu, ada kemungkinan u/ jangka waktu yang lama.
Sempat gigit jari lho … soalnya saham2 yang saya lepas pada naik, contohnya UNVR yang terakhir saya lepas di Rp 31000 – 32000 naik terus sampai Rp 45000+, baru sekarang2 ini mulai turun, tapi yah … begitulah, khan nggak mungkin ‘timing rightly’ market secara terus menerus ?
Anyway, menurut saya ‘Kejatuhan Market’ dalam skala global saat ini merupakan KELANJUTAN dari krisis keuangan global (utamanya di US) pada tahun 2008 – 2009, yang penanganannya tidak tuntas, jadi bisa dibilang ini adalah’ KRISIS TAHUN 2008 JILID DUA’, tapi .. impact nya kemungkinan akan jauh… jauh lebih dahyat !!
Sejak krisis Subprime Mortgage 2008 – 2009 otoritas Amerika Serikat telah memilih u/ menggelontorkan Triliun-nan US $ ke pasar … ceritanya u/ mengatasi krisis, hasilnya ? Index DOW terangkat naik dari bottom point 7062 (bulan January 2009) ke top point 18312 (bulan May 2015) atau kenaikan sebesar 159% ! Bukan main ini !! Imbasnya … ?? IHSG juga kena berkah … terangkat dari bottom 1241 point (November 2008) ke top point 5523 (April 2015), sebuah kenaikkan sebesar 345%, Wow !! luar biasa … tapi dalam rupiah lho !!
In dollar term karena rupiah saat yang bersamaan sudah tergerus sekitar 55% (Rp 9000-an ke Rp 14000) jadi adil dong .. kalau kenaikan index kita di kurangi 55% juga. Alhasil growth IHSG kurang lebih sama dengan punyanya DOW.
Pertannyaannya … apakah DOW Growth yang spektakuler itu selama ini juga sukses membawa recovery yang jelas dan sepadan terhadap negara Amerika ? Berikut adalah sebagian pengalaman saya yang bisa menggambarkan kondisi ekonomi Amerika Serikat saat2 ini :
1. Saya ketemu seorang kawan lama yang tadinya berkedudukan sebagai Credit Director di
salah satu Bank ternama di dunia di New York, baru2 ini pulang ke Indonesia
(atas kemauan sendiri untuk mengabdi di Indonesia lho) dan saat ini menjadi salah satu
direktur di Bank Mandiri, teman saya ini bilang: ‘sekarang cari pekerjaan di Amerika
susahnya minta ampun, apalagi kalau orang asing’.
2. Keponakan saya kurang lebih sudah 1 tahun yang lalu lulus S2 Architec dari salah satu
universitas ternama di Amerika, nilai kelulusannya sangat2 baik, dia ini bermimpi u/ bisa
kerja dan sukur2 bisa jadi warga Amerika Serikat, bulan Agustus 2015 ini pulang
karena tidak bisa dapat pekerjaan, semua di peruntukan warga Amerika dulu, katanya,
jadi nilai kelulusan yang extra tinggi kalau dia orang asing tetap susah dapat job.
3. contoh lainnya, sejak krisis tahum 2008 – 2009 The Fed telah menjalankan 0% policy u/
tingkat suku bunganya yang karena sudah terlalu lama tentu mempunyai dampak yang
sangat tidak baik bagi bagi masyarakat yang rajin menabung atau yang income nya
tergantung dari tingkat bunga yang wajar.
So… by all definitions, sebuah negara yang penduduknya sulit mendapat pekerjaan, bahkan yang sudah di bantu dengan 0% interest sekalipun tapi toh tetap tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan, berarti negara tersebut jelas tidak dalam status ekonomi yang okay ! Iya khan ?
Sejak krisis di Siprus, Yunani dan lanjut ke Puerto Rico (negara2 kecil), dan sekarang mengarah ke-mana2, jelas merupakan tanda2 permulaan yang terang bahwa ekonomi global saat ini sedang menuju ke arah krisis yang sangat besar.
Bagi saya koreksi pasar saham di hampir seluruh negara2 di dunia ini bukanlah semata2 sebuah ‘Blip’ di- tengah2 pasar saham yang sedang ‘bullish’ tapi merupakan awal dari trend pasar saham ke arah ‘Bearish’. Tentu pasti akan ada beberapa ‘Rally2’di masa ‘Bearish’ tersebut, tapi bukannya tidak mungkin akan terjadi beberapa ‘Crash’ yang sangat dalam yang bisa saja mempalu godamkan DOW’ dibawah 7000 point !! Dan IHSG dibawah 2000 point !!
Begitu pak Rudy secara singkat dan umum alasan saya keluar dari market, by the way dulu saya juga pernah jadi nasabah Panin Asset Management kho … invest di ‘Panin Dana Maksima’ getting profit yang sangat bagus waktu itu, juga beberapa kali ketemu and discuss dengan pak Winston Sual.
Regards,
Kartiko
LikeLike
Why so serious..? It’s only money.. ;D
Buy at lump sum, now..!
LikeLike
Pak Rudi yth,
sebagai newbie (pertama beli saham tanggal 01 Juni 2015)
posisi saya beli-jual, beli lagi – jual lagi, lagi-lagi beli – lagi-lagi jual dalam time frame harian
prinsip saya sebagai newbie : lebih baik dapat receh daripada tidak dapat apa-apa
saya ‘beruntung’ belajar saham saat pasar lagi jelek2nya
dari modal total 120jt hanya bisa dapat margin 2juta selama 3bulan ini , saya dah seneng banget.. soalnya dibanginkan dengan RD saya (kombinasi RD saham, RD campuran dan RD fixed income) dengan modal 200juta masih minus 19juta
kalau kondisi nya begini saya jadi berpikir lebih baik terjun langsung di saham sendiri daripada lewat MI yang hasilnya juga belum tentu terjamin
terimakasih
regards,,
LikeLike
Hai Dada .. I don’t get it. apa tuh maksudnya ‘its just money’ and ‘buy at lump sum now’ ! Elaborate pls….
LikeLike
hanya panin dana likuid yang masih tersisa dan dijalankan
yang lain saya tarik
apakah sudah mulai kliatan pergerakan naik kah untuk produk prima , bersama plus dan ultima ?
LikeLike
@kartiko
Siang Pak Kartiko,
Terima kasih atas ceritanya yang panjang dan lebar. Saya menghargai pendapat anda tapi ada beberapa hal yang saya tidak mengerti dari cerita anda.
Pertama, Anda mengatakan bahwa orang asing susah dapat kerja di Amerika, well itu sangat wajar karena dimana-mana juga demikian. Buktinya ketika kewajiban berbahasa Indonesia untuk tenaga kerja asing dihapus memicu kontroversi di masyarakat. Di Singapore juga demikian bukan? Bahkan ada rasio antara jumlah tenaga asing dan lokal yang harus dijaga oleh perusahaan.
Dan kalau pekerjaan diprioritaskan untuk penduduk lokal bukankah itu berarti ekonomi penduduk lokal akan bagus karena dapat gaji? Jadi saya tidak mengerti apa yang tidak okay dari hal tersebut.
Kemudian terkait lapangan pekerjaan, bukankah data resmi dari departemen tenaga kerja di Amerika yang bisa anda akses di http://www.tradingeconomics.com/united-states/unemployment-rate menunjukkan bahwa tingkat penggangguran dari 10% menjadi 5% lebih dari 5 tahun terakhir. Di tahun 2014, populasi AS ada 318 juta berarti 5 tahun yang lalu mungkin ada sekitar 32 juta orang yang mengganggur sekarang tinggal setengahnya.
Saya tidak tahu dengan cerita satu-dua orang, karena saya juga baru ada teman habis berlibur dari Amerika dia cerita bahwa disana orang-orang pada untung dari properti karena beli pada saat krisis dan sekarang harganya naik karena kondisi ekonomi membaik. Apakah itu juga tidak okay?
Kemudian mengenai kebijakan suku bunga the Fed, memang benar bunga yang kecil akan membuat hasil menabung tidak maksimal. Tapi bukankah Amerika Serikat yang sudah sedemikian maju sudah tahu bahwa kalau menabung itu memang tidak maksimal. Tidak usah jauh2 ke sana, di sini dengan bunga deposito 7.5% saja orang masih bilang menabung itu tidak maksimal.
Kemudian dalam waktu yang sama kan hasil investasi dow jones melesat tinggi, logikanya kalau mereka berinvestasi maka kekayaan mereka juga akan naik bukan? Data dari http://www.icifactbook.org/fb_ch6.html menunjukkan pada tahun 2014 ada 90 juta penduduk USA yang berinvestasi pada reksa dana. Mungkin angka ini bisa lebih besar lagi kalau ditambah dengan investasi saham. Tentu kenaikan harga saham akan berdampak pada kelompok investor ini. Apa ini tidak okey juga?
Saya tidak sependapat kalau kondisi 2015 ini dibilang krisis, tapi itu hak anda. Saya punya rekomendasi artikel yang sangat bagus terkait teman2 yang berpendapat sekarang itu krisis http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/08/31/053000026/Orang.yang.Suka.Menakut-nakuti dan http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/08/03/054500426/Manusia-manusia.Rigid.Akan.Sulit.Sendiri?page=all
Demikian semoga bermanfaat.
LikeLike
@erwin s
Salam Pak Erwin,
Kalau anda berinvestasi di saham dan hasilnya bisa mengalahkan reksa dana serta anda yakin secara konsisten anda dapat melakukan hal tersebut maka sebaiknya pindah untuk investasi saham langsung pak.
Siapa tahu memang peruntungan anda di situ.
Semoga bermanfaat.
LikeLike
Kebetulan saya sudah profit taking di awal 2014 dan pindahin ke RDPT / asset balancing …
asset alokasi saya 40% RDPT 40 % RDS dan 20% cash (dana darurat)
Jadi portfolio saya masih hijau …
Yang penting disiplin … toh sudah tahu resiko nya kalo investasi reksadana saham resiko cukup tinggi … jadi perlu di imbangi dengan RDPT yg lebih rendah resiko nya
LikeLike
Salam pak rudi,
Sya mau tnya diluar konten tulisan bpak, krna sya punya kendala pda variabel penelitian saya. Sya menggunakan variabel u/ menganalisis kinerja reksa dana menggunakan NAB konven dan IHSG sebagai return pasarnya, serta SBI sebagai risk free rate. variabel ini dirasa kurang untuk pengukurannya,, menurut bpak variabel apa lg yg bisa ditambahkan u/ pengukuran sya.. Mohon pencerahannya pak. Tks
LikeLike
@Rudiyanto
Hallo Pak Rudy… trims u/ response nya
Up & Down di pasar saham bagi saya is trully part of the game pak, lepas dari moralitasnya .. I do really embrace the down turn seperti sekarang ini sebagai opportunity to collect very good companies but .. for me the time is obviously not now pak !
Saya keluar dari pasar saham karena fakta penurunan yang terus menerus dari commodities spt oil, coals dan lainnya yang menurut pendapat saya tahun lalu akan (atau boleh jadi telah) memberikan efek yang significant terhadap pendapatan Indonesia sebagai commodity base exported country.
Kemudian penurunan yang tajam di seluruh stock market di dunia baru2 ini bukankah itu merupakan tanda2 awal dari akan terjadinya krisis yang lebih besar lagi ? A tipping point of a global collapsed fiat currencies ?
Pak Rudy dalam respons nya tetap berpendapat bahwa semua gejala2 tsb dan situasi di tahun 2015 ini bukan krisis dan tetap berkeyakinan bahwa US tidak dalam situasi krisis ?
Menurut pak Rudy, dalam hal unemployment misalnya, data resmi dari departemen tenaga kerja di Amerika menunjukkan bahwa tingkat penggangguran dari 10% menjadi 5% lebih dalam 5 tahun terakhir, jadi ada perbaikan yang significant lah .. dari 32 juta pengangguran 5 tahun lalu sekarang tinggal 16 jutaan.
Tapi seberapa bener sih data dari otoritas resmi Amerika itu ? Apakah selama ini keterangan resmi dari otoritas Amerika itu sudah ‘sahih’ dan ‘sincered’ selalu ? Atau sebaiknya kita kudu lebih hati2 dancari opini lain, bandingkan and pick up mana yang lebih reliable untuk jaga diri ? Kalo saya sih pilih yang kedua.
Seperti diketahui, unemployment rate di US dikeluarkan oleh ‘The Bureau of Labor Statistics’ sebagai institusi resmi dari US government dan memang benar angkanya bulan Agustus 2015 (+-) 5.1% dari total populasi US di bulan yang sama sebesar 321.6 juta (dikeluarkan resmi oleh The US Cencus Bureau). Jadi pengangguran di US saat ini di klaim tinggal 16 jutaan orang,
Bener ?
Coba kita bandingkan dengan laporan yang dibuat oleh Walter J. “John” William (www.ShadowStats.com) seorang ahli statistik independen, spesialist dalam hal Government Economic Reporting yang sering menjadi rujukan bagi para economist lainnya. Report2 dari John William sering berlainan dengan keterangan resmi dari pemerintah Amerika, karena itu sering disebut sebagai ‘Shadow Government Reporting’.
Singkat kata, menurut John William definisi seseorang untuk bisa disebut ‘unemployed’ oleh Bureau of Labor Statistic begitu sempit alias banyak disunat, jadi versi dia, angka pengangguran di Amerika saat ini adalah 23% atau 74 juta orang! dan bukan 16 juta !
Untuk menentukan mana yang lebih benar/cocok dengan situasi sebenarnya kita coba perbandingkan dengan data resmi yang dikeluarkan oleh US Department of Agriculture (USDA) yang menyebutkan bahwa jumlah orang di Amerika yang bergantung kepada program ‘Food Stamps’ di tahun 2015 (+-) ada 46 jutaan dan menurut laporan mereka sendiri sebenarnya masih ada banyak lagi yang tidak mau atau tidak eligible u/ mendapatkan ‘Food Stamps’. Jadi seharusnya angka penduduk Amerika yang seharusnya bisa mendapatkan jatah ‘Food Stamps’ jauh lebih besar dari 46 juta. So mana yang lebih cocok ??
Anyway pak Rudy, pendapat saya yang dahulu itu bukan untuk nakut2tin sih, apalagi sampai dihimbau u/ baca ‘orang rigid’ and ‘tukang nakut2tin’ ala pak Renald Khasali, enggak cocok dengan situasi saya pak, tapi kalo dirasa mengganggu anda dan para fans anda, saya minta maaf deh ya.
Saya totally out dari stock market (bukan chicken little lho) menyiapkan dengan serius portofolio non saham untuk antisipasi the next trouble (s). Khan .. Warren Buffet sendiri pernah membubarkan Investment company nya, mengembalikan semua dana investor2nya dan totally out of the market u/ ber-tahun2 lamanya menunggu market menjadi jadi lebih prospektif (Buku ‘Buffetology’ ditulis oleh Merry Buffet and David Clark).
Sekian pak.
Regards
LikeLike
maaf pak kalo boleh tanya.. kalo lihat grafik saham saat ini memang berasa berat pak..
tapi kalo boleh tanya, saya punya 3 RDS.. dan semua RDS saya saat ini sedang turun 30% lebih.. nah kalo seandainya saya ingin masuk saat harga sedang murah begini, lebih baik saya masuk menambah ke ke-3 RDS saya atau lebih baik saya masuk ke RDS lainnya (beli RDS selain RDS saya saat ini) ?
LikeLike
kalo lihat grafik saham saat ini memang berasa berat pak.
maaf pak tadi salah, tapi kalo boleh tanya, saya punya 3 RDS dan semua RDS saya saat ini sedang turun 20% lebih. nah kalo seandainya saya ingin masuk saat harga sedang murah begini, lebih baik saya masuk menambah ke ke-3 RDS saya atau lebih baik saya masuk ke RDS lainnya (beli RDS selain RDS saya saat ini) ?
LikeLike
@kartiko
Selamat pagi Pak Kartiko,
Saya tertarik untuk berdiskusi lebih lanjut dengan Anda, di luar forum ini tentunya.
Bolehkah saya minta nama lengkap bapak? Nanti saya bisa googling untuk mencari email/akun socmed yang dapat dihubungi.
Terima kasih.
LikeLike
@Rizki sakinah
Selamat Siang Ibu Rizki,
Mungkin bisa ditanyakan dengan dosen pembimbing yang menyatakan bahwa variabel tersebut kurang.
Semoga bermanfaat
LikeLike
@kartiko
Selamat Siang Pak Kartiko,
Sebagaimana pada komentar awal saya, sekali lagi saya menghargai pendapat anda. Mau anda bilang ini saatnya sell, IHSG dan Dow Jones akan crash itu hak anda. Yang saya tidak mengerti itu adalah alasannya yang dikemukakan makanya saya bertanya.
Di komentar pertama, anda mengatakan perekonomian AS tidak okey dengan segala argumentasinya. Dari point2 tersebut menurut saya tidak make sense, makanya saya mencoba untuk memastikan kembali.
Mengenai data pengangguran, terus terang ada juga yang saya tidak mengerti oleh karena itu saya bertanya kembali. Disebutkan anda tidak percaya bahwa data pemerintah yang dikeluarkan ‘The Bureau of Labor Statistics’ atau BPSnya AS tapi percaya dengan Department of Agriculture (USDA) atau departemen agrikultur AS. Sejauh yang saya tahu, keduanya masih sama2 lembaga pemerintah AS. Mungkin saya yang tidak pernah ke AS ini bisa diberikan pencerahan, sebab sejauh ini kalau di Indonesia kedua lembaga ini harusnya masih di bawah naungan pemerintah. Tapi fine, tidak masalah.
Pointnya adalah anda meragukan data penggangguran karena data penggangguran resmi dan data penerima Food Stamps berbeda. Jauh lebih besar penerima Food Stamp tersebut. Terus terang saya tidak tahu dengan pasti apa itu Food Stamp dan seperti apa kriteria penerimanya. Mungkin jika ada teman anda di Amerika yang pernah menerima bisa di bagikan seperti apa program tersebut.
Satu-satunya film Hollywood yang pernah saya tonton dan saya duga ada Food Stampnya adalah film Will Smith dengan judul The Pursuit of Happyness. Dimana film tersebut bercerita tentang biografi Chris Gardner dari perjuangan dia dari seorang salesmen tapi tidak ada rumah (homeless salesman) sampai memiliki perusahaan sekuritas atas nama dia sendiri sambil membesarkan seorang anak.
Dalam adegan film tersebut, saya sempat melihat dia belanja di toko sembako sambil menggunakan Food Stamp. Jadi dugaan saya itu adalah semacam subsidi pemerintah AS kepada warga negaranya untuk membeli sembako. Apakah Will Smith (Chris Gardner) dalam film tersebut seorang pengangguran ? Tidak, tapi karena kondisi sulit dia mengajukan subsidi kepada pemerintah dan diberi (ini hanya dugaan saja).
Kalau dianalogikan, mungkin program Food Stamp di Indonesia itu sama seperti Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Jakarta Pintar, Jakarta Sehat dan BPJS Kesehatan. Nah, kebetulan karena sering bertemu banyak orang dan berkeliling ke berbagai daerah, saya punya cerita seperti ini :
– Seorang teman saya yang telah berkeluarga beberapa tahun punya 2 anak dan saat ini sedang mengandung anak ketiga. Selain itu mereka juga merawat ibunya yang telah lanjut usia. Karena harus merawat 2 anak dan ibu, istrinya tidak bekerja. Di sela waktunya, istri jualan secara kecil2an untuk menunjang perekonomian keluarga. Suaminya bekerja, namun karena tingginya biaya hidup dan tanggungan, pendapatan yang mereka terima mungkin masih belum cukup. Keluarga teman saya ini orang baik, saya percaya jika terus berusaha suatu saat pasti perekonomiannya akan membaik. Tapi kebutuhan hidup harus dibayar setiap hari, dalam kondisi ini mereka menerima bantuan sosial dari yayasan untuk biaya pendidikan anaknya. Point saya, apakah mereka penggangguran? Tidak, suaminya bekerja.
– Ketika saya ke Semarang, ketika berbincang2 dengan rekan cabang setempat kita membahas tentang biaya kesehatan yang semakin tinggi dan BPJS Kesehatan. Berbeda dengan pemberitaan di koran Jakarta yang komplain BPJS Kesehatan harus antri dan lain2, program ini sangat disambut baik paling tidak oleh kenalan teman2 disana. Ceritanya ada teman dia yang menderita penyakit gagal ginjal sehingga harus cuci darah seumur hidup. Biaya cuci darah tidak murah, bisa 10 – 15 juta setiap bulannya. Dengan pendapatan 15 juta setiap bulan saja, berarti sebagian besar atau semua pendapatannya dihabiskan untuk membayar biaya cuci darah. Dan itu harus dibayar seumur hidup sampai meninggal. Dengan membayar BPJS Kesehatan yang hanya puluhan hingga ratusan ribu setiap bulan, biaya cuci darah menjadi gratis. Cerita yang sama juga ada di tempat asal saya di Batam. Point saya, apakah penerima BPJS Kesehatan itu pengangguran / miskin ? Tidak. Bahkan ada yang dari kalangan menengah.
– Kemarin malam, ketika saya berbelanja di Gramedia toko buku, ada pembeli yang membayar dengan kartu Jakarta Pintar. Sepertinya orang tersebut juga bekerja di toko buku karena kenal dengan semua kasir setempat. Ketika pulang kerja dia membeli dua buku untuk dibaca di rumah. Orangnya masih muda, saya duga paling masih anak SMA yang sedang sambil kerja di sana. Apakah yang bersangkutan penggangguran? Rasanya tidak.
Point saya, jika Food Stamp adalah sama dengan manfaat sosial yang saya sebut di atas, maka adalah sangat wajar jika penerimanya lebih banyak dari jumlah pengangguran. Sebab harus diakui bahwa kehidupan ini tidak mudah dan biaya juga semakin banyak. Akan tetapi menjadi moral hazard jika sudah pakai fasilitas sosial tapi masih ingin layanan kelas 1 atau pada dasarnya mampu membayar tapi tidak mau keluar uang sama sekali.
Yang sekarang kita tidak tahu adalah angka penerima food stamp tersebut, berapa yang sebenarnya memang butuh dan berapa yang moral hazard. Tapi menurut saya kalau beranggapan itu semua adalah penggangguran itu sangat berlebihan.
Kalau angka penggangguran dari institusi non pemerintah tersebut saya tidak bisa berkomentar. Jika memang datanya sedemikian sahih dan sincered untuk kelas Amerika saya yakin itu sudah ada di Bloomberg dan Reuters. Tapi sejauh ini belum ada sepengetahuan saya.
Kemudian, di komentar kedua ini, saya melihat bahwa dasar anda melihat krisis itu berubah. Jika saya salah bisa dikoreksi. Pertama anda melihat bahwa ekonomi di US tidak Okey dengan berbagai argumentasinya. Sekarang anda mengatakan anda keluar dari pasar saham karena harga komoditas turun dan berdampak di Indonesia.
Ok tidak masalah. Mungkin anda tidak sempat mengemukakannya pada komentar yang pertama.
Terus terang saya tidak tahu apa yang membuat saham dunia turun. Tapi dugaan saya, kebijakan devaluasi Yuan menciptakan ketidakpastian pasar karena tidak terduga dan dilakukan oleh China yang skala ekonominya begitu besar. Jadi penurunan ini adalah karena “ketidakpastian” bukan karena akan terjadi “krisis”.
Sementara kalau di Indonesia, menurut saya penurunan ini terjadi karena penurunan laba bersih perusahaan sebagaimana yang sudah pernah saya bahas di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2015/08/13/apakah-valuasi-ihsg-sudah-murah/
Apakah sekarang Indonesia krisis? Menurut saya juga tidak. Datanya bisa anda lihat di http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/09/01/114700626/Ini.Perbandingan.Indikator.Ekonomi.Tahun.2015.dengan.Saat.Krisis.1998
Sekarang sulit iya, hasil investasi tidak menguntungkan memang benar. Tapi kalau krisis menurut saya belum. Sebab yang terjadi adalah laba bersih perusahaan turun, tapi omset masih ada walaupun tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Mengenai Warren Buffet, menurut saya banyak orang hanya mengambil ceritanya secara sepotong2 atau mengambil kisah cerita yang sesuai yang diinginkan. Saya juga bisa menambahkan bahwa pada tahun 2015 ini Berkshire Hathaway baru saja membeli sebuah perusahaan yaitu Precision Castpart senilai 32 Milliar USD atau atau 448 Triliun. Sebuah perusahaan pembuat komponen pesawat dan pipa industrial yang berbasis di Amerika, negara yang anda sebut dalam krisis ini. Mengapa hal yang pernah dia lakukan sekian puluh tahun yang lalu dijadikan sebagai acuan tapi yang dia lakukan beberapa hari yang lalu tidak?
Dalam wawancara dengan CNBC kemarin malam, ada pertanyaan kepada Warren Buffett mengenai kondisi ekonomi. Mungkin bahasa Inggris anda lebih bagus karena pernah ke Amerika, tapi jika pendengaran saya tidak salah, sepertinya beliau tidak menyebutkan bahwa Amerika dalam kondisi krisis http://www.cnbc.com/2015/09/08/warren-buffett-economy-growing-at-a-steady-but-not-booming-rate.html
Selain itu, saya juga pernah mengundang seorang penulis buku dan juga fund manager di Hongkong untuk membahas tentang value investing yaitu Ronald Chan. Orang ini dikenalkan langsung oleh bapak Warren Buffett pada rekan2nya untuk membahas lebih dalam mengenai value investing. Dalam diskusi dengan dia, saya menyadari bahwa banyak orang ternyata tidak terlalu paham dengan value investing, ceritanya sudah pernah saya bahas di sini http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/07/16/mengenal-value-investor-dari-berbagai-belahan-dunia/
Sebenarnya tidak ada yang perlu minta maaf atau dimaafkan, ini bukan fans club dan artikel di atas juga memang meminta tanggapan dari para pembaca. Tentu, kalau ada yang tidak mengerti bisa ditanyakan seperti yang saya lakukan sekarang. Menurut anda saat ini sedang krisis dan akan ada krisis besar lagi yang akan membuat saham turun dalam dan saya bertanya mengenai alasan mengapa bisa demikian.
Kemudian apapun pendapatnya, toh ini juga uang anda semua. Kalau anda untung saya tidak dikasih bagian, kalau rugi saya juga tidak menalangi. Jadi mau diapakan memang terserah kepada yang punya.
Demikian, terima atas tanggapannya.
LikeLike
@jantos
Selamat Siang Pak Jantos,
Untuk investasi ke lebih dari 1 reksa dana saham saran saya anda bisa baca http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/05/20/berapa-jumlah-kepemilikan-reksa-dana-saham-yang-ideal/
Semoga bermanfaat.
LikeLike
Selamat pagi,
saya masih sempat mencairkan sebagian reksadana saya (50%) pada saat IHSG di angka 5300-an, masih ada keuntungan sekitar 10%, dan saya masukkan ke Deposito dengan rate 10%.
Tetapi saya masih rutin membeli reksadana berkala dari tahun 2013 sampai saat ini, karena memang rencana untuk biaya sekolah anak saya di PT kira-kira 10 tahun lagi. Dengan dana yang sama saya bisa mendapatkan unit lebih banyak.
tetapi untuk membeli secara lumpsum saya masih belum berani 🙂
LikeLike