Kapan Sebaiknya Investor Melakukan Rebalancing ?

Weigh

 

Bagi investor yang melakukan investasi dengan strategi asset allocation, beberapa periode sekali disarankan untuk menata ulang portofolionya. Hal ini disebabkan karena seiring dengan berjalannya waktu, nilai investasi mengalami perubahan bisa naik bisa juga turun. Akibatnya bobot yang sudah ditetapkan sejak awal bisa berubah. Ketika nilai bobot tersebut menyimpang dari rencana, investor perlu melakukan penyesuaian pada portofolio investasi agar portofolio investasi bisa sama dengan rencana awalnya, tindakan ini disebut dengan Rebalancing. Yang menjadi pertanyaan, kapan sebaiknya investor melakukan rebalancing ?

Periode kapan yang saya maksud tidak sama dengan market timing, artinya periode rebalancing tidak berdasarkan prediksi apakah IHSG akan naik atau turun pada masa mendatang. Rebalancing yang saya maksud adalah berapa lama sekali dilakukan penataan ulang terhadap portofolio investasi, apakah 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, tahunan atau tidak perlu ada rebalancing sama sekali. Yang paling baik tentunya adalah periode rebalancing dengan hasil investasi paling maksimal dan risiko paling minimal.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya melakukan simulasi dan riset terhadap data historis reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap dan deposito dari tahun 2001 – 2015. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

Menentukan Strategi Aset Alokasi Yang Digunakan

Dalam artikel strategi asset allocation, pemilihan strategi aset alokasi didasarkan pada profil risiko. Saya sendiri membagi profil risiko ke 4 macam yaitu Sangat Konservatif, Konservatif, Moderat dan Agresif. Pemiliihannya juga cukup sederhana, jika anda Sangat Konservatif bisa antara 50-70% pada reksa dana pasar uang / deposito kemudian sisanya dibagi rata di reksa dana pendapatan tetap, campuran dan saham. Demikian juga untuk investor agresif, maka 50-70% di reksa dana saham dan sisanya dibagi rata pada jenis reksa dana lainnya.

Untuk melakukan pengujian terhadap periode rebalancing, saya menggunakan profil risiko agresif sebagai contoh. Alokasinya dilakukan dengan cara sebanyak 70% ditempatkan pada reksa dana saham, dan masing-masing 10% pada deposito, reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana campuran.

Data Historis

Untuk data yang digunakan, ada perbedaan dengan artikel strategi asset allocation yaitu pada return Deposito. Sebelumnya saya menggunakan rata-rata BI Rate setelah pajak, namun pada artikel kali ini saya menggunakan suku bunga LPS setelah pajak sebagai referensi untuk reksa dana pasar uang. Data historis tahunan dari kinerja instrumen investasi yang dihasilkan antara lain :

Tahun Deposito LPS Setelah Pajak Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana Campuran Reksa Dana Saham
2001 13.88% 5.32% 2.34% -6.50%
2002 12.10% 13.11% 22.57% 20.15%
2003 7.09% 9.65% 30.66% 39.05%
2004 5.80% 10.37% 24.71% 35.11%
2005 8.00% -1.67% 5.31% 18.56%
2006 9.40% 17.73% 30.22% 48.21%
2007 6.60% 7.98% 33.62% 52.21%
2008 7.00% 4.12% -33.82% -53.75%
2009 5.60% 12.51% 47.08% 97.27%
2010 5.60% 13.00% 25.30% 29.25%
2011 5.80% 12.32% 2.57% -0.25%
2012 4.40% 7.72% 7.59% 10.06%
2013 5.00% -4.53% -1.59% -3.66%
2014 6.20% 7.85% 16.91% 27.86%
2015* 6.20% 2.10% -8.41% -17.41%
*Hingga 15 Oktober 2015

 

Perbandingan Hasil Rebalancing

Ada 4 skenario yang digunakan yaitu Rebalancing setiap 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan tidak melakukan rebalancing sama sekali.

Sebagai gambaran untuk skenario 3 bulan, diasumsikan investor memiliki dana investasi Rp 1 juta pada akhir Desember 2000. Selanjutnya sebanyak Rp 700rb diinvestasikan ke reksa dana saham dan masing-masing Rp 100rb ke deposito, reksa dana pendapatan tetap dan campuran. Setiap 3 bulan, tepatnya akhir Maret, Juni, September dan Desember tahun berikutnya investor melakukan rebalancing.

Misalkan pada Desember 2000 hingga Maret 2001, dari total investasi Rp 1 juta telah berkembang menjadi Rp 1.100.000. Maka yang dimaksud dengan rebalancing adalah investor menjual seluruh reksa dananya dan kemudian membeli lagi dengan ketentuan Rp 770.000 di reksa dana saham (70%) dan masing-masing Rp 110.000 (10%) di reksa dana pendapatan tetap, campuran dan deposito. Sebaliknya apabila nilai investasi turun misalkan ke Rp 900.000, maka sebanyak Rp 630 rb (70%) ke reksa dana saham dan masing-masing Rp 90.000 (10%) ke jenis lainnya.

Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga akhir 2015 dengan asumsi investasi tiap 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun serta tidak melakukan rebalancing sama sekali. Karena saat artikel ini ditulis masih pertengahan Oktober maka harga reksa dana pada 15 Oktober 2015 dianggap merupakan akhir 2015. Dengan adanya data akhir tahun, maka keempat skenario tersebut bisa dibandingkan satu sama lain.

Perbandingan keempat skenario ini adalah sebagai berikut :

Tanggal 3 Bulan 6 Bulan 1 Tahun Tanpa Rebalancing
2000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000
2001 974,526 973,800 976,016 976,016
2002 1,167,347 1,163,117 1,160,313 1,158,573
2003 1,547,452 1,539,315 1,532,485 1,524,649
2004 1,989,369 1,982,747 1,971,815 1,970,566
2005 2,265,463 2,257,757 2,250,979 2,264,816
2006 3,151,665 3,144,887 3,139,684 3,214,099
2007 4,436,449 4,432,371 4,438,475 4,688,307
2008 2,560,156 2,609,269 2,667,627 2,457,774
2009 4,422,484 4,517,423 4,657,936 4,386,348
2010 5,518,366 5,637,357 5,816,119 5,571,961
2011 5,628,560 5,742,376 5,926,179 5,613,918
2012 6,142,677 6,263,220 6,460,100 6,147,589
2013 5,992,158 6,110,676 6,287,343 5,951,291
2014 7,335,584 7,482,114 7,708,038 7,445,139
2015* 6,435,235 6,555,207 6,767,853 6,322,403
*Hingga 15 Oktober 2015

Berdasarkan hasil pengembangan dari nilai Rp 1 juta, hasil tertinggi adalah pada skenario rebalancing dilakukan setiap 1 tahun. Dimana dengan skenario ini uang Rp 1 juta akan menjadi Rp 6.435.235. Lebih tinggi dibandingkan skenario rebalancing tiap 3 bulan, 6 bulan dan tanpa rebalancing. Dengan ketentuan bahwa periode rebalancing terbaik adalah menghasilkan return paling besar dan risiko paling kecil, maka persyaratan return sudah terpenuhi. Bagaimana dengan risikonya ?

Untuk melakukan pengukuran terhadap risiko, maka saya menghitung return tahunan terbesar dan terkecil. Perbandingannya dengan rata-rata return sebagai berikut :

Return Tahunan 1 Tahun 6 Bulan 3 Bulan Tanpa Rebalancing
Return Terendah -39.90% -41.13% -42.29% -47.58%
Return Tertinggi 74.61% 73.13% 72.74% 78.47%
Rata-rata Return 13.60% 13.35% 13.22% 13.08%

Ternyata secara risiko, return tahunan terendah juga diperoleh dari skenario Rebalancing dengan periode 1 tahun sekali yaitu -39.90% lebih kecil dibandingkan skenario lainnya. Meski bukan skenario dengan return tahunan terbesar, namun dengan risiko lebih kecil mampu menghasilkan rata-rata return dibandingkan skenario lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, untuk anda dengan profil risiko agresif dan melakukan strategi alokasi dengan 70% di reksa dana saham, 10% di Deposito / Pasar Uang, 10% di Pendapatan Tetap dan 10% di Campuran, periode rebalancing yang terbaik adalah Tahunan. Dimana setiap akhir / awal tahun anda melihat semua isi portofolio anda kemudian menata ulang agar sama dengan target sejak awal tahun.

Melakukan lebih sering, berdasarkan data historis bukan jaminan dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar. Malahan biaya transaksi menjadi lebih besar karena sering bertransaksi. Selain itu, investor juga harus memantau portofolionya dengan lebih sering, padahal itu tugas manajer investasi.

Demikian artikel kali ini, semoga dapat bermanfaat bagi anda semua.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog

Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh

Sumber data : http://www.infovesta.com

Advertisement

2 thoughts on “Kapan Sebaiknya Investor Melakukan Rebalancing ?

  1. Halo Pak Rudi, pertama saya ingin berterima kasih karena telah membuat blog yang membahas mengenai isu-isu keuangan. Kebetulan saya mahasiswi UI yang sedang menyelesaikan skripsi mengenai rebalancing portofolio. Dalam penelitian ini, saya menemukan kesulitan untuk mencari tahu berapakah kira2 persentase biaya rebalancing dari portofolio. Apakah bapak mengetahui sumber2 yang mengetahui informasi tersebut Pak?
    Trima kasih banian sebelumnya.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s