Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh

Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh

Pada tanggal 1 April 2016, Panin Asset Management akan meluncurkan produk reksa dana saham yaitu Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh (PDIB). Sesuai namanya, reksa dana ini akan menggunakan sebagian besar dana kelolaannya pada sektor terkait infrastruktur. Sebelum produk ini diluncurkan, saya juga sudah sempat melakukan sosialisasi kepada kalangan nasabah secara terbatas dan kepada para agen penjual.

Dari interaksi yang ada, ternyata memang ada ketertarikan terhadap produk. Namun di satu sisi, terdapat juga pertanyaan-pertanyaan yang cukup kritis mulai dari profil, latar belakang mengapa produk ini diterbitkan hingga strategi pengelolaannya. Berikut saya rangkum pertanyaan tersebut dalam tulisan ini.

 

Mengapa memilih sektor infrastruktur? Dan mengapa baru tahun 2016 ini

Pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo merupakan alasan utama mengapa Panin AM memilih sektor infrastruktur sebagai salah satu fokus utama. Kalau alasan secara komersial, karena memang ada permintaan dari sebagian nasabah yang menginginkan reksa dana yang fokus pada sektor infrastruktur.

Namun jika mau terus terang, yang namanya pembangunan infrastruktur juga sudah telah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya yaitu oleh Presiden SBY. Hanya saja, menurut saya ada 2 perbedaan pembangunan infrastruktur yaitu dari segi anggaran dan segi pelaksanaan.

Dari segi anggaran, ketika pertama kali menjabat, Presiden Joko Widodo melakukan pengurangan subsidi BBM dengan menaikkan harga minyak. Pengurangan subsidi BBM ini menghasilkan penghematan anggaran negara secara signifikan sehingga ada anggaran lebih untuk dialokasikan ke sektor pembangunan infrastruktur yang merupakan masalah klasik Indonesia.

Pada tahun 2015, anggaran Infrastruktur mencapai rekor tertinggi dalam sejarah dengan alokasi terbesar ke Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPERA) dan Kementerian Perhubungan. Dengan anggaran yang besar, meski masih belum dapat memenuhi semua kebutuhan pembangunan sehingga memerlukan kerjasama dengan pihak swasta, tentu skala pembangunan yang dilakukan juga bisa lebih besar.

Anggaran yang tinggi tentu akan tidak bermanfaat apabila dalam pelaksanaannya tidak bagus. Untunglah kita memiliki Presiden yang rajin blusukan sejak dari zaman menjadi Gubernur. Bedanya ketika menjadi Presiden, salah satu kegiatan blusukannya dilakukan dengan tujuan mempercepat pembangunan infrastruktur. Cara demikian ternyata menjadi nilai tambah sehingga pembangunan infrastruktur berjalan dengan baik.

Berikut ini adalah beberapa foto yang saya ambil dari akun Facebook resmi Presiden Joko Widodo :

Presiden Joko Widodo Pada Peresmian Jembatan di Kalimantan
Jembatan Pak Kasih Tayan – Jembatan terpanjang di Kalimantan
Kunjungan Presiden di Bendungan Jatigede
Bendungan Jatigede
Jalan Tol Trans Sumatera
Kunjungan Presiden Pada Pembangunan Trans Sumatera

Jika anda mengikuti akun Facebook milik Presiden Joko Widodo, anda akan menemukan banyak pembangunan infrastruktur baik yang dicetus oleh beliau ataupun dari masa pemerintahan sebelumnya yang pembangunannya dipercepat. Selain itu, di Jakarta, pembangunan MRT dan LRT juga bisa dilihat perkembangan pembangunan fisiknya yang dilakukan oleh Gubernur Ahok.

Pembangunan infrastruktur yang masif dengan eksekusi yang baik telah berdampak pada kinerja emiten di sektor konstruksi. Berdasarkan data, pada tahun 2015 perusahaan-perusahaan kontraktor BUMN mengalami kenaikan nilai pemesanan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Nilai Pemesanan Kontraktur BUMNSumber: Riset Panin AM

Pada grafik di atas, bisa dilihat bahwa omset kontraktor BUMN meningkat cukup signifikan terutama mulai semester II 2015. Dengan pembangunan yang masih terus berlanjut, diharapkan tren ini dapat terus bertahan di 2016.

Dampak dari pembangunan infrastruktur yang padat karya tersebut, sektor riil yang mengalami penurunan pada tahun 2015 sudah mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan pada awal 2016 ini. Definisi sektor riil dihitung melalui nilai pertumbuhan penjualan pada toko-toko ritel seperti Alfamart (AMRT), Aces Hardware (ACES), Ramayana (RALS), Matahari (MPPA) dan Mitra Adi Perkasa (MAPI).

Same Stores Growth

Sumber: Riset Panin AM

Kenapa digunakan perusahaan di atas? Karena mereka perusahaan ritel yang sahamnya terdaftar di bursa sehingga datanya diperoleh. Bahkan Alfamart (dan Indomaret) adalah indikator yang bagus untuk sektor ritel di Indonesia karena cabang dari kedua minimarket tersebut yang sudah mencapai puluhan ribu dan terdapat di berbagai pelosok di Indonesia. Rasa-rasanya bahkan sulit untuk ditandingi oleh bank besar sekalipun untuk jumlah cabangnya.

Yang dimaksud dengan SSG atau Same Store Growth adalah perhitungan terhadap pertumbuhan nilai penjualan untuk toko yang sama. Mengapa demikian? Sebab setiap tahunnya perusahaan ritel di atas aktif melakukan ekspansi dengan membuka cabang baru. Hanya dengan menghitung total penjualan saja bisa agak bias karena omset di toko yang baru umumnya tidak terlalu besar di awal. Untuk itu, hanya dihitung dari pertumbuhan dari toko yang sama atau dikenal dengan SSG.

Jadi, berdasarkan kenyataan bahwa pembangunan infrastruktur pemerintah yang sangat masif, didukung dengan anggaran yang besar dan eksekusi yang bagus, serta efek dari pembangunan yang membuat sektor riil lebih aktif, maka tahun 2016 ini dianggap merupakan momentum yang bagus untuk berinvestasi di sektor terkait infrastruktur.

Apa yang dimaksud dengan sektor terkait infrastruktur?

Mendengar kata infrastruktur, umumnya orang akan berpikir saham seperti Waskita Karya, Perumahan Persero, Adhi Karya, dan Wijaya Karya. Sebenarnya tidak, sektor infrastruktur itu lebih luas. Perusahaan seperti Gas dan Telekomunikasi juga masuk dalam kategori infrastruktur karena menyediakan fasilitas energi dan telekomunikasi.

Jika menggunakan istilah terkait infrastruktur, definisinya bisa lebih luas. Perbankan juga masuk karena merupakan penyedia utama pembiayaan di Indonesia. Karena anggaran tidak cukup, pembiayaan dari bank pasti ada sehingga pembangunan infrastruktur juga akan berdampak pada perbankan.

Pembangunan yang bersifat padat karya juga akan menyerap banyak tenaga kerja. Untuk itu, sektor ritel seperti produsen dan penjual kebutuhan sehari-hari juga akan masuk.

Penyebutan nama-nama di atas, tidak berarti bahwa reksa dana akan membeli saham tersebut. Namun menunjukkan bahwa sektor infrastruktur bertumbuh, berarti tidak hanya infrastruktur, tapi juga sektor lain yang diuntungkan dari pembangunan infrastruktur ini.

Bagaimana dengan target pajak yang gagal tercapai di tahun 2015 sehingga terjadi pemotongan anggaran untuk 2016 ini? Apakah bisa berdampak terhadap sektor infrastruktur?

Target pajak yang tidak tercapai memang berdampak negatif terhadap anggaran karena otomatis jika ingin menjaga defisit tidak terlalu melebar terpaksa harus ada pengurangan belanja. Meski demikian, terdapat juga beberapa dampak yang sifatnya bisa positif dari sudut pandang pasar modal antara lain:

  • Dalam rangka membiayai pembangunan, pemerintah menerbitkan obligasi. Karena kebutuhannya besar, demi menarik minat masyarakat, kupon obligasi yang diterbitkan relatif besar. Sebagai contoh, dari Sukuk Ritel yang diterbitkan beberapa waktu lalu, tingkat Kuponnya sangat besar, jauh di atas bunga LPS. Pasokan obligasi yang berkupon besar nantinya dapat digunakan reksa dana untuk meningkatkan kinerjanya
  • Sektor infrastruktur termasuk dalam sektor prioritas, pemotongan anggaran akan difokuskan pada yang sifatnya non prioritas terlebih dahulu seperti bansos, moratorium pembangunan gedung pemerintahan, sehingga pembangunan infrastruktur bisa tetap berjalan. Selain itu, pembangunan juga bisa dilakukan melalui skema kerjasama dan pembiayaan dari pihak lain.
  • Bunga bank bisa turun lebih cepat sehingga menurunkan suku bunga kredit. Selanjutnya penurunan ini akan berdampak positif bagi dunia usaha dan kinerja produk pasar modal
  • Pemanfaatan daerah sebagai ujung tombak pembangunan. Selama ini transfer dana ke pemerintah daerah (seperti Dana Desa) cukup besar namun karena tingkat penyerapan yang kurang efektif, kebanyakan dihabiskan di belanja pegawai atau ditempatkan di bank. Pembatasan maksimum alokasi ke belanja pegawai dan pembatasan bunga deposito untuk penempatan dari pemerintah daerah merupakan upaya untuk itu.
  • Ada kemungkinan besar bahwa Tax Amnesty akan terwujud karena pemerintah membutuhkannya sebagai sarana untuk menutup kekurangan pajak dan mencari sumber pendanaan baru

 

Apa Perbedaan antara Panin dana Infrastruktur Bertumbuh dengan reksa dana yang sudah ada seperti Panin Dana Maksima, Prima, Ultima dan Syariah Saham?

Gambaran dari perbandingan antara produk reksa dana saham adalah sebagai berikut :

Perbandingan Produk Reksa DanaDari perbandingan di atas, anda bisa melihat perbandingannya reksa dana saham yang sudah ada sebelumnya. Namun dalam 1 kalimat, perbedaan antara Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh ini adalah bahwa reksa dana ini berbasis sektoral. Artinya dibandingkan reksa dana lain yang melakukan investasi dengan pendekatan strategi pemilihan sektor yang bisa berpindah dari satu sektor ke sektor lain, Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh akan lebih fokus pada sektor yang diminatinya.

Bentuk fokus bisa pada pilihan saham, bisa juga pada alokasi. Jadi alokasi reksa dana saham yang lain juga mungkin berinvestasi pada sektor terkait infrastruktur. Namun karena reksa dana ini lebih sektoral, maka alokasinya bisa lebih besar dibandingkan reksa dana lainnya. Tentu dalam pemilihan juga mempertimbangkan aspek keahlian Manajer Investasi seperti penilaian harga wajar saham, pembentukan portofolio dan kondisi aliran keluar masuknya dana.

Mengapa Panin AM menerbitkan reksa dana saham tematik yang berbasis sektoral, bukankah selama ini yakin dengan Value Investingnya?

Sampai detik inipun Panin AM masih yakin bahwa untuk bisa mengalahkan IHSG dalam jangka panjang, Value Investing merupakan salah satu metode yang bisa mewujudkan hal tersebut. Meski demikian kami juga terbuka pada masukan daripada nasabah. Ada sebagian nasabah yang secara spesifik menginginkan jenis reksa dana yang berbasis sektoral. Untuk memenuhi harapan nasabah, makanya diputuskan untuk membuat produk Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh.

Berdasarkan data di Infovesta, reksa dana berbasis Infrastruktur ada yang mengalahkan IHSG di tahun 2015 dan 2016 ini, tapi ada juga yang kalah. Perbedaan kinerja yang beragam tersebut merupakan bukti bahwa kinerja reksa dana sektoral juga perlu dikelola secara baik agar dapat menghasilkan kinerja yang baik di masa mendatang. Meski berbasis sektoral, Panin AM tetap akan menambahkan rasa “value investing” dalam pengelolaan reksa dana tersebut.

Bagaimana dengan gambaran proyeksi return untuk Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh ini? Apakah lebih rendah atau tinggi dibandingkan reksa dana saham Panin AM lainnya?

Dalam hal proyeksi return, semua reksa dana berbasis saham Panin AM dikelola dengan target untuk mengalahkan IHSG setidaknya 5%. Hal ini tidak terkecuali untuk Panin Dana Maksima, Panin Dana Prima, Panin Dana Ultima, Panin Dana Syariah Saham dan juga Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh ini.

Jadi misalkan sampai akhir tahun ini, IHSG mencapai 5300 atau naik sekitar 9.1% dari posisi sekarang, maka reksa dana saham ditargetkan minimal 9.1% + 5% adalah minimum 14%. Jika misalkan IHSG bisa lebih tinggi, maka semakin besar pula minimum target returnnya.

Tentu namanya target, terkadang berhasil, terkadang juga bisa gagal. Kondisi yang kurang kondisi pada tahun 2015 yang lalu membuat target tersebut gagal tercapai. Hanya Panin Dana Ultima yang agak mendekati. Untuk tahun ini, dengan pembangunan infrastruktur yang sudah mulai jalan dan kondisi perekonomian yang membaik, target yang ditetapkan diharapkan bisa tercapai.

Apapun itu, investasi reksa dana mengandung risiko. Jadi sebagai investor kita juga harus menyadari bahwa ada risiko yang bisa menyebabkan kinerja reksa dana dan hasil investasi negatif.

Bagaimana mengenai biaya dan cara transaksi Panin Dana Infrastruktur Bertumbuh ?

Ketentuan biaya yang berlaku untuk reksa dana ini antara lain :

  • Biaya pembelian untuk nominal
    • Rp 100.000 – Rp 250.000 = Maks 4%
    • > Rp 250.000 = Maks 2%
  • Biaya pembelian berkala (autodebet) untuk nominal :
    • < Rp 1 juta = 2%
    • > Rp 1 juta = 1%
  • Biaya Penjualan
    • < 6 bulan = Maks 0.5%
    • > 6 bulan = 0%
  • Biaya Pengalihan = Maks 2%

Pembelian menggunakan rekening Virtual Account di Bank BCA. Tanggal perdana atau tanggal NAB/Up Rp 1000 adalah per 1 April 2016. Bagi yang ingin mendapatkan harga ini bisa melakukan transaksi sebelum tanggal 1 April 2016.

Untuk informasi lebih lengkap, bisa menghubungi Panin Asset Management atau Panin Sekuritas sebagai agen penjual di alamat sebagai berikut

Alamat Panin AM 2016

Demikian, semoga artikel ini bermanfaat.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog

Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh

New Blog : www.ReksaDanaUntukPemula.com

Sumber Gambar : Koleksi Foto di Facebook Presiden Joko Widodo dan Panin AM

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s