
Dalam kondisi suku bunga turun, salah satu instrumen investasi yang menjadi perhatian adalah obligasi atau reksa dana pendapatan tetap. Sebab secara teori, ketika Suku Bunga Turun maka harga Obligasi akan naik dan sebaliknya.
Reksa dana pendapatan tetap merupakan reksa dana yang berinvestasi pada instrumen obligasi. Oleh karena itu, ketika harga obligasi naik, maka harga reksa dana pendapatan tetap juga akan ikut naik.
Yang sering menjadi pertanyaan adalah kira-kira berapa persen kenaikannya? Sebab berbeda dengan reksa dana saham yang ada patokan IHSGnya, patokan reksa dana pendapatan tetap adalah suku bunga. Misalkan saat ini IHSG adalah 6000 dan diperkirakan bisa naik ke 6600, maka investor bisa membuat perkiraan reksa dana saham akan sekitar 10% mengikuti kenaikan IHSG.
Sementara bagaimana jika suku bunga turun dari 6% menjadi 5.5%. Bagaimana efek dari penurunan 0.50% tersebut terhadap harga obligasi dan reksa dana pendapatan tetap? Tulisan kali ini akan berfokus pada hal tersebut.
Tren Suku Bunga

Setelah mengalami penurunan suku bunga berturut-turut pada tanggal 18 Juli 2019 dan 22 Agustus 2019, diperkirakan suku bunga masih akan turun hingga setidaknya 5% di tahun 2020. Penurunan bisa secara bertahap di tahun 2019, bisa juga di tahun 2020 nanti.
Dengan tren suku bunga turun, maka secara teori harga obligasi dan reksa dana pendapatan tetap akan mengalami kenaikan.

Surat Utang Negara sebagai Alternatif Suku Bunga
Walaupun secara teori, pergerakan suku bunga dikaitkan dengan perubahan harga obligasi dan reksa dana pendapatan tetap, namun pada kenyataannya sulit dipraktekkan.
Harga obligasi dan reksa dana pendapatan tetap bergerak harian, sementara suku bunga berubah 1 bulan sekali. Bahkan bisa tidak berubah selama berbulan-bulan. Untuk itu, diperlukan alternatif lain yang menjadi benchmark suku bunga.
Surat Utang Negara (SUN) memenuhi syarat tersebut. Hal ini karena SUN diterbitkan oleh pemerintah sehingga tidak ada risiko gagal bayar, harganya ada setiap hari dan juga menjadi aset dasar dari reksa dana pendapatan tetap.

Umumnya ada 4 seri obligasi yang dijadikan benchmark (acuan) dengan jatuh tempo mendekati 5 tahun (FR77), 10 tahun (FR78), 15 tahun (FR68) dan 20 tahun (FR20). Seri obligasi benchmark ini ditetapkan setiap tahun dan bisa berganti. Namun apapun serinya, biasanya yang menjadi acuan adalah periode jatuh temponya.
Dari 4 seri tersebut, yang biasanya menjadi patokan dan perbandingan antar negara adalah yang 10 tahun. Lebih tepatnya yang menjadi perbandingan adalah angka Yield to Maturity (YTM) atau sering disebut Yield saja.
Pada tampilan IBPA di atas, tulisan Price dan Yield berwarna biru apabila diklik, selanjutnya akan muncul gambar Kurva Imbal Hasil (Yield Curve). Pada bagian bawah terdapat angka Yield untuk masing-masing seri dengan contoh sebagai berikut:

Mengacu pada tabel di atas, suku bunga dengan menggunakan Yield seri (paling dekat) 10 tahun adalah 7.3012%. Angka ini berubah setiap hari, yang akan penutupannya bisa dilihat pada website IBPA. Bahkan untuk pergerakan harian, juga bisa dilihat pada website CNBC Indonesia bagian Bond.
Jika Yield Naik dibandingkan hari sebelumnya (yesterday), maka itu sama dengan suku bunga naik. Sebaliknya jika Yield Turun dibandingkan hari sebelumnya, maka itu sama dengan suku bunga turun.
Kalau Yield naik maka harga obligasi turun dan jika Yield turun maka harga obligasi naik. Kalau bingung dengan konsep tersebut lihat saja Price %nya. Jika Price naik, maka harga obligasi dan reksa dana pendapatan tetap naik dan sebaliknya.
Biasanya Yield mengikuti suku bunga acuan walaupun dalam jangka pendek juga dipengaruhi beberapa sentimen lain. Jika suku bunga acuan diumumkan turun, biasanya Yield juga akan turun secara perlahan. Terkadang sama seperti saham, sebelum suku bunga diumumkan turun saja Yield sudah turun duluan dan sebaliknya.
Jadi Yield juga menjadi semacam indikator ekspektasi pasar. Jika Yield turun, maka pasar berekspektasi bahwa suku bunga akan turun dan sebaliknya jika Yield naik, maka pasar berekspektasi bahwa suku bunga akan naik.
Menghitung Efek Perubahan Suku Bunga
Setelah mendapatkan indikator yang memiliki data harian sebagaimana halnya reksa dana, langkah selanjutnya adalah menghitung efek dari perubahan suku bunga terhadap harga reksa dana.
Dalam teori investasi dikenal istilah Durasi Obligasi (Modified Duration). Indikator ini digunakan sebagai alat untuk memprediksi perubahan harga obligasi jika suku bunga berubah. Misalkan jika diperoleh angka MDuration sebesar 4, maka ketika suku bunga turun 1%, maka diperkirakan harga obligasi akan naik 4%.
Cara untuk menghitung Modified Duration bisa dibaca pada buku teori investasi atau bisa di Google dengan mudah. Perhitungan juga bisa dilakukan menggunakan MS Excel.
Semakin tinggi durasi obligasi, bisa dikatakan semakin tinggi pula risikonya. Walaupun belum ada acuan baku, tingkat volatilitas harga obligasi berdasarkan durasi kurang lebih bisa diklasifikasikan seperti ini :
1 – 3 berisiko rendah
3 – 5 berisiko sedang
> 5 berisiko tinggi
Risiko yang dimaksud adalah jika suku bunga naik. Sebaliknya jika suku bunga sedang turun, maka obligasi dengan durasi yang paling besar berpeluang mendapatkan tingkat return yang paling tinggi.
Menurut saya teori durasi tidak cocok untuk diterapkan di reksa dana. Ada 2 pertimbangan, pertama teori durasi tidak memperhitungan faktor pendapatan reksa dana dari kupon obligasi. Kedua, teori ini diterapkan pada obligasi yang ada jatuh tempo, sementara reksa dana sendiri tidak memiliki waktu jatuh tempo.
Untuk itu, dalam prediksi reksa dana pendapatan tetap, teori Regresi Linear dirasakan lebih cocok. Dengan konsep Y = A + B (X), maka Y bisa disebut sebagai Return Reksa Dana Pendapatan Tetap, A adalah koefisien intercept yang mencerminkan besaran kupon reksa dana, B adalah Slope yang mencerminkan seberapa sensitif pergerakan harga reksa dana, dan X adalah perubahan suku bunga acuan.

Aplikasi regresi linear untuk prediksi return reksa dana pendapatan tetap dengan menggunakan studi kasus pada Panin Dana Utama Plus 2 dan Panin Dana Pendapatan Berkala adalah sebagai berikut
Indikator Y = Return Bulanan Panin Dana Utama Plus 2 dan Panin Dana Pendapatan Berkala (termasuk dividen). Ada 2 kali perhitungan karena ada 2 reksa dana
Indikator X = Selisih Bulanan Yield SUN 10 tahun yang bersumber dari Bloomberg
Periode = Maret 2016 – Juli 2019
Berdasarkan data di atas, diperoleh Korelasi dan Koefisien Determinasi antara Selisih Yield SUN 10 tahun dengan Return Bulanan reksa dana mencapai angka -0.96 dan -0.94 serta 91.50% dan 88.95% untuk Panin Dana Utama Plus 2 dan Panin Dana Pendapatan Berkal.
Angka korelasi yang mendekati -1 menunjukkan X dan Y memiliki hubungan yang kuat, sehingga teori bahwa jika Suku Bunga Turun maka Return Reksa Dana naik terbukti.
Besarnya angka Koefisien Determinasi juga menunjukkan bahwa rata-rata 90% dari kinerja return reksa dana dipengaruhi perubahan Yield. Angka yang mendekati 100% ini menunjukkan bahwa persamaan yang dihasilkan akan lebih valid.

Dari perhitungan di atas, selanjutnya diperoleh persamaan regresi linear untuk melakukan prediksi return untuk masing-masing reksa dana sebagai berikut :
Panin Dana Utama Plus 2
Y = 0.4745 + -4.23 (X)
Panin Dana Pendapatan Berkala (termasuk Dividen)
Y = 0.4817% + -3.3 (X)
Persamaan tersebut digunakan untuk melakukan perhitungan return bulanan. Jika investor mau melakukan prediksi untuk periode yang lebih panjang, misalkan 1 tahun, maka angka Intercept (A) dapat dikalikan sesuai periodenya.
Penulis telah melakukan perhitungan dan diperoleh hasil sebagai berikut

Contoh aplikasi dari persamaan di atas sebagai berikut :
Misalkan pada tanggal 30 Agustus 2019 Yield SUN 10 tahun adalah 7.3012. Karena suku bunga diperkirakan turun, maka perkiraan Yield SUN untuk 1 tahun mendatang adalah 6.5%. Maka return untuk reksa dana adalah
- Gunakan persamaan yang 12 bulan karena yang ingin diketahui adalah 1 tahun
- Selisih Yield adalah 6.5000 (Yield mendatang) – 7.3012 (Yield saat ini) = -0.8012
Panin Dana Utama Plus 2
Y = 5.7053 + -4.23 (-0.8012)
Y = 5.7053 + 3.3891
Y = 9.09
Jadi untuk Panin Dana Utama Plus 2 jika Yield turun ke 6,5, maka 1 tahun mendatang diperkirakan akan memberikan return positif 9.09%
Panin Dana Pendapatan Berkala (Termasuk Dividen)
Y = 5.7808 + -3.3 (-0.8012)
Y = 5.7808 + 2.6440
Y = 8.42%
Jadi untuk Panin Dana Pendapatan Berkala jika Yield turun ke 6.5, maka 1 tahun mendatang diperkirakan akan memberikan return positif 8.42% termasuk dividen.
Tentu saja yang namanya metode, pasti ada kelemahannya. Persamaan regresi linear juga demikian. Dalam menggunakan metode di atas, investor harus memperhatikan bahwa
- Angka dalam persamaan tergantung periode pengambilan data. Perbedaan periode pengambilan dapat menghasilkan kesimpulan berbeda
- Apabila Manajer Investasi melakukan perubahan strategi (misalkan mengubah komposisi obligasi korporasi dan pemerintah, mengubah tenor jatuh tempo), bisa menyebabkan error semakin bertambah. Untuk itu, perlu dilakukan perhitungan setiap 3 – 6 bulan
- Angka hasil prediksi sangat tergantung pada perkiraan perubahan Yield SUN 10 tahun. Apabila perkiraan Yield SUN tidak sesuai kondisi pasar (misalkan investor memperkirakan naik, tapi kenyataannya turun), maka hasil prediksi dan return actual bisa sangat berbeda
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
Belajar Reksa Dana : www.ReksaDanaUntukPemula.com
Terima kasih penjelasannya, Pak, sangat bermanfaat. Semoga Bapak sehat selalu agar bisa terus sharing ilmu dengan para pembaca.
LikeLike
Salam pak Rudi,
Saya ada pertanyaan pak. Untuk data intercept’a diambil dri rata2 yield periode tsb atau dri yield pada awal periode atau dri % kupon? Trims
LikeLike
Salam Pak Stefanus,
Bisa baca indikator X dan Y pada tulisan di atas.
Semoga bermanfaat
LikeLike