Menjelang akhir tahun, perhatian investor mulai terfokus pada beberapa hal. Dari Krisis Eropa yang sudah mulai kelihatan titik terang, Tingkat Inflasi yang di bawah prediksi analis, Apakah Window Dressing akan terjadi tahun ini atau tidak (riset tentang window dressing juga dapat diakses di website Panin Asset Management di http://www.panin-am.co.id/Resources/Forms/Statistik%20Window%20Dressing%202012.pdf), hingga ke pemilihan presiden Amerika. Apakah Presiden Obama akan kembali berkuasa, ataukah akan digantikan oleh calon penantang Mitt Romney.
Sebagai kiblat ekonomi dunia, tentu apa yang terjadi di AS akan menjadi penggerak harga saham dunia. Untuk itu, sangat penting bagi investor untuk setidaknya melihat secara historis sebetulnya mana yang lebih menguntungkan investor saham ketika salah satu parti yang berkuasa. Dalam tulisan kali ini saya ingin berfokus pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat dan efeknya terhadap harga saham di AS. Semoga artikel kali ini bisa bermanfaat bagi anda.
Sebagai informasi, sistem partai di AS amat berbeda dengan Indonesia. Di sana hanya ada 2 partai yaitu Partai Demokrat yang saat ini dipimpin oleh Presiden Obama dan partai Republik. Dengan sistem Winner Takes All, dan pihak yang kalah akan bertindak sebagai oposisi, sistem perpolitikan di negara tersebut lebih efisien dan sederhana dibandingkan Indonesia yang terdiri dari puluhan partai namun tidak memiliki pembedaan yang benar-benar jelas. Pada 6 November 2012 ini, AS akan melakukan pemilihan presiden ke 57, perkiraan siapa Presiden dan Wakil Presiden baru akan diketahui pada 17 Desember 2012 (sumber wikipedia).
Terus terang, saya tidak terlalu mengetahui seluk beluk maupun kelebihan-kekurangan kedua partai tersebut. Tujuan saya dalam menulis artikel ini adalah melakukan studi secara historis untuk melihat bagaimana kinerja saham di AS pada saat partai tertentu berkuasa.
Langkah pertama, saya melakukan penelusuran pada berbagai sumber untuk mencari informasi antara lain Presiden beserta partai dan kinerja saham yang diwakili dengan indeks S&P (tidak menggunakan indeks Dow Jones karena data historis yang tersedia baru hingga 1990, sementara data untuk S&P tersedia hingga tahun 1950). Selanjutnya, berdasarkan tahun partai tersebut menjabat hingga akhir Jabatannya, dihitung berapa persen kenaikan / penurunannya beserta rata-ratanya. Melihat tren pemilihan yang umumnya baru diketahui pada akhir tahun, maka saya menggunakan indeks S&P akhir tahun sebagai acuan. Sebagai contoh, Presiden Bill Clinton memenangkan pemilihan presiden pada tahun 1992 yang masa jabatannya berakhir pada 1996. Maka pengukuran saham menggunakan indeks pada akhir tahun 1992 dan akhir 1996 dan seterusnya. Hasil penelitian saya sebagai berikut:
sumber: Wikipedia dan Yahoo Finance, diolah
Dari statistik di atas, entah kebetulan atau tidak, ternyata secara historis investor saham di AS lebih diuntungkan jika partai Demokrat yang berkuasa dibandingkan partai Republik. Baik secara rata-rata return ataupun probabilitas yang diukur menggunakan data dari tahun 1952. Jika anda adalah investor saham dan percaya bahwa AS sebagai kiblat perekonomian dunia, dimana jika kinerja sahamnya positif juga akan berimbas ke Indonesia, maka tentunya anda akan lebih berharap presiden Barack Obama bisa kembali berkuasa pada 2012 ini.
Demikian sharing kali ini, semoga bermanfaat dan menambah wawasan anda dalam berinvestasi. Terima kasih.
Penyebutan produk investasiĀ (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.