Artikel ini berawal dari pertanyaan seorang peserta pada saat priority gathering di Surabaya beberapa waktu lalu. Antara investasi di instrumen Rupiah yang bunganya lebih tinggi dengan investasi USD yang bunganya lebih rendah, mana yang sebaiknya menjadi pilihan?
Dalam keseharian, investor memang menerima banyak penawaran investasi. Mulai dari reksa dana yang bisa naik turun, hingga produk “fixed income” mulai dari obligasi hingga produk surat hutang korporasi yang bisa memberikan net hingga double digit tapi ada risiko gagal bayar. Dari sekian banyak instrumen tersebut, ada yang mata uangnya Rp maupun USD.
Dan umumnya yang berbentuk USD pasti lebih rendah dibandingkan yang berbentuk Rupiah. Sebagai investor bagaimana cara kita membandingkan investasi dengan 2 mata uang berbeda ini ?
Sebagai contoh, mari kita gunakan perbandingan antara Deposito Rupiah dan Deposito USD di Bank Panin. Berdasarkan informasi yang tersedia di situs Bank Panin, diketahui besarnya bunga deposito Rupiah dan USD adalah sebagai berikut
Anggap saja anda adalah seorang nasabah prioritas dengan nilai di atas USD 1 juta atau lebih dari Rp 13 M sehingga bisa mendapatkan tingkat suku bunga yang maksimal. Apakah sebaiknya memilih Deposito Rp 12 bulan dengan bunga 7% atau Deposito USD 12 bulan dengan bunga 0.75% ?
Untuk bisa menjawab pertanyaan di atas, ada satu hal yang harus diperjelas yaitu Base Currency atau Mata Uang Dasar yang digunakan investor. Yang dimaksud dengan base currency adalah dalam mengukur kekayaannya, apakah investor akan menilainya dalam bentuk USD atau Rupiah.
Jika anda menjadi nasabah priority atau private banking di luar negeri seperti Singapura, investasinya sudah dilakukan hingga ke seluruh dunia. Mata uangnya juga beragam mulai dari AUD, SGD, USD, Yen, Poundsterling dan sebagainya. Namun dalam mengukur apakah hasil investasinya menguntungkan atau tidak, biasanya digunakan USD sebagai base currency.
Artinya nasabah akan merasa tambah kaya jika nilai awal investasi (katakan) USD 1 juta, setelah diinvestasikan kemana2 dan dikonversikan ke USD, nilainya lebih dari USD 1 juta. Karena ada konversi nilai dari mata uang lain ke USD, maka terdapat risiko fluktuasi nilai tukar yang harus dipahami oleh investor.
Prinsip yang sama juga perlu digunakan untuk menilai kedua penawaran di atas. Skenarionya ada 2 yaitu Rp dan USD sebagai base currency. Jika base currency-nya Rp dan investasinya dalam bentuk USD, maka investor diasumsikan melakukan konversi ke USD untuk bisa memperoleh instrumen tersebut.
Yang menjadi permasalahan adalah nilai tukar di masa depan tidak ada yang tahu tepatnya berapa walaupun bisa diprediksikan. Untuk itu, dalam menilai penawaran deposito Rp dan USD, diasumsikan terjadi pada tahun 2016 sehingga digunakan Kurs jual beli pada 2016.
Informasi nilai tukar mata uang berdasarkan data Bank Indonesia adalah sebagai berikut :
Dengan menggunakan seluruh informasi di atas, perbandingan kedua penawaran investasi adalah sebagai berikut :
Base Currency Rp Modal awal = Rp 100.000.000
Memilih Deposito Rp
Investasi dalam Deposito Rp dengan bunga 7% potong pajak 20% = 5.60%
Bunga Deposito sebelum pajak = Rp 100 juta x 7% = Rp 7 juta
Potongan pajak = 20% x Rp 7 juta = Rp 1.4 juta
Bunga investasi net = Rp 7 juta – Rp 1.4 juta = Rp 5.6 juta
Hasil akhir = Rp 100 juta + Rp 5.6 juta = Rp 105.6 juta
Memilih Deposito USD
Investasi dalam Deposito USD dengan bunga 0.75% potong pajak 20%= 0.6%
Konversi Rp ke USD = Rp 100 juta / 13.967 (Kurs Jual BI) = USD 7159.73
Bunga Deposito sebelum pajak = 7159,73 x 0.75% = USD 53.70
Potongan pajak = 20% x USD 53.70 = USD 10.74
Bunga investasi net = USD 53.70 – USD 10.74 = USD 42.96
Hasil Akhir USD = USD 7159.73 + USD 42.96 = USD 7202.69
Konversi ke Rp = USD 7202.69 x 13.369 (Kurs Beli BI) = Rp 96,292,790
Apabila penawaran tersebut diambil pada tahun 2016, dengan asumsi base currency Rp, maka memilih Deposito Rp adalah lebih baik.
Antara Deposito dan Rupiah baru akan setara kalau pada akhir 2016, kurs beli USD di kisaran 14.662 atau Rp melemah 5% dari posisi awal tahun
Selisihnya dengan kurs jual BI sama dengan perbedaan bunga deposito Rp dan USD setelah pajak.
Ternyata pada tahun 2016, Kurs Rp bukannya melemah tapi malah menguat dari Rp 13.697 ke Rp 13.369 atau menguat 4.28%
Dengan kata lain, jika base currency anda adalah Rp dan mau berinvestasi dalam mata uang USD, maka harapan investor adalah Rupiah melemah dan besarnya pelemahan tersebut harus lebih besar daripada selisih antara deposito Rp dan USD. Sebab jika pelemahannya kurang dari selisih tersebut, walaupun anda merasa untung dari kurs, tetap akan rugi dari sisi bunga Rp yang lebih besar. Hasil investasi yang rugi pada tahun 2016 disebabkan karena Rp menguat terhadap USD.
Base Currency USD Modal Awal USD 10.000
Memilih Deposito USD
Bunga Deposito USD sebelum pajak = USD 10.000 x 0.75% = USD 75
Potongan pajak = 20% x USD 75 = USD 15
Bunga investasi net = USD 75 – USD 15 = USD 60
Hasil akhir USD = USD 10.000 + USD 60 = USD 10.060
Memilih Deposito Rp
Konversi USD ke Rp = USD 10.000 x 13.829 (Kurs Beli BI) = Rp 138.290.000
Bunga Deposito Rp sebelum pajak = Rp 138.290.000 x 7% = Rp 9.680.300
Potongan pajak = 20% x Rp 9.680.300 = Rp 1.936.060
Bunga investasi net = Rp 9.680.300 – Rp 1.936.060 = Rp 7.744.240
Hasil Akhir Rp = Rp 138.290.000 + Rp 7.744.240 = Rp 146.034.240
Konversi ke USD = Rp 146.034.240 / 13.503 (Kurs Jual BI) = 10.815
Apabila penawaran tersebut diambil pada tahun 2016, dengan asumsi base currency adalah USD, maka memilih deposito Rp adalah pilihan yang lebih baik, sama seperti jika base currency Rp.
Mengapa bisa demikian ? Hal ini disebabkan karena jika base currency nya adalah USD dan mau berinvestasi dalam mata uang Rp, maka harapan investor adalah Rp menguat terhadap USD karena bisa mendapatkan keuntungan ganda dari bunga yang lebih besar dan keuntungan selisih kurs.
Jika kurs Rp diperkirakan akan melemah terhadap USD, maka sepanjang besaran pelemahan tersebut tidak lebih besar dari selisih hasil investasinya (deposito USD dan Rp), maka investasi dalam mata uang Rp tetap masih lebih menguntungkan. Untuk kasus di atas, maka kurs USD – Rp sebesar 14.520 pada akhir 2016 akan menghasilkan return investasi yang setara
Dari kedua ilustrasi di atas, dalam menilai investasi dengan mata uang yang berbeda, maka yang penting adalah membandingkan selisih antara hasil investasi Rp – USD dengan proyeksi penguatan – pelemahan Rp – USD selama periode tersebut. Adalah lebih mudah jika periode investasinya adalah 1 tahun, sebab untuk memperkirakan kurs lebih dari 1 tahun ke depan adalah sangat sulit.
Bagaimana dengan tahun 2017 ini? Dengan asumsi ada kenaikan suku bunga the Fed, Rp diperkirakan akan melemah terhadap USD. Dalam kondisi seperti ini apakah lebih menguntungkan berinvestasi dalam Rp atau USD ?
Jika base currency anda adalah Rp, berinvestasi dalam bentuk USD memang lebih menguntungkan. Sebab di akhir periode, jika dikonversikan dari USD ke Rp, anda akan mendapatkan keuntungan selisih kurs. Namun hal ini dengan catatan pelemahan Rp lebih besar daripada selisih deposito USD – Rp.
Dengan asumsi suku bunga the fed secara ekstrim akan naik ke 1.5% (net dipotong pajak 1.2%) dan suku bunga deposito dipertahankan di 7% (net dipotong pajak 5.6%), maka besarnya selisih adalah 4.4%. Berdasarkan informasi, kurs jual BI per tanggal 10 Maret 2017 adalah 13.460, maka investasi dalam bentuk USD baru akan lebih menguntungkan kalau kurs beli BI pada tahun mendatang lebih besar dari 14.052. Jika Kurs Rp melemah terhadap USD tapi masih di bawah range tersebut, misalkan ke 13.500 – 13.800 (perkiraan Panin AM), maka investasi dalam mata uang Rp masih lebih menguntungkan.
Sumber : Bi.go.id
Jika base currency anda adalah USD, karena (misalkan) anda melakukan repatriasi dana dari luar negeri dan bentuknya masih USD, maka dengan menggunakan asumsi yang sama yaitu :
- Suku bunga Rp 7% gross atau 5.6% net
- Suku bunga USD 1.5% gross atau 1.2% net
- Selisih return investasi 4.4%
- Kurs Beli BI 13.326
Maka adalah lebih baik memilih Deposito Rp dengan catatan pada 1 tahun mendatang kurs Jual USD tidak melebih dari level 13.912. Apabila sudah lebih tinggi dari level tersebut, maka investasi dalam bentuk Deposito USD akan lebih menguntungkan. Dengan asumsi bahwa untuk tahun ini, seharusnya USD akan berkisar antara 13.500 – 13.800, maka investasi dalam bentuk Deposito Rp tetap akan lebih menguntungkan kecuali anda memiliki pendapat lain.
Evaluasi di atas bisa berbeda untuk setiap orang tergantung pada :
- Base currency yang dipergunakan
- Tingkat return dan jenis instrumen investasi
- Keyakinan dan prediksi akan nilai tukar Rp – USD di masa mendatang
Ada juga yang membandingkan investasi di atas menggunakan obligasi Rp dan USD. Untuk obligasi, karena jatuh temponya lebih dari 1 tahun, ada risiko naik turunnya harga yang harus diperhitungkan. Dengan asumsi bahwa suku bunga the fed akan naik, maka obligasi USD, sekalipun membagikan kupon lebih tinggi daripada deposito, tetap ada potensi mengalami penuurunan harga.
Mengapa dalam 2 base currency, investasi dalam deposito Rp masih lebih menarik? Hal ini disebabkan karena menyadari suku bunga the Fed akan dinaikkan, BI yang memiliki kesempatan untuk menurunkan suku bunga memilih untuk tetap mempertahankannya. Dengan demikian, imbal hasil dalam mata uang Rp diharapkan masih menarik untuk investor asing sehingga walaupun suku bunga di negara asal naik, dengan bunga yang lebih tinggi, Rp masih menarik untuk investor asing.
Dan karena alasan itu pula, walaupun ada kenaikan Fed Fund Rate yang bisa mencapai 3 kali, kelihatannya Rp akan melemah tapi terbatas karena antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah. Risiko lain yang bisa membuat Rupiah melemah dari tingkat yang diprediksikan adalah jika inflasi di dalam negeri tidak terkendali. Dengan harga komoditas yang mulai stabil, diharapkan inflasi bisa terkendali pada tahun ini.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat bagi anda dalam melakukan evaluasi dan investasi dalam berbagai bentuk mata uang yang berbeda.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.
Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog
Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh
Sumber Gambar : Istock Photo, Bank Panin dan BI
Sumber Data : Bank Indonesia