Sehat Dulu, Investasi Kemudian..

Kini reksa dana bukan lagi menjadi produk investasi yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas saja. Minimum investasi yang semakin rendah membuka akses kepada investor dari segala kalangan untuk bisa ikut berinvestasi pada seluruh produk ini. Sampai-sampai ada masukan, bahkan tukang becakpun bisa berinvestasi asalkan mau menyisihkan uang rokoknya dalam 1 bulan. Meski demikian, sebelum berinvestasi seharusnya investor melakukan self assessment, apakah dia sudah siap untuk berinvestasi pada reksa dana?

Kesiapan untuk berinvestasi pada reksa dana tidak ditentukan oleh berapa besar uang yang dimiliki saat ini. Oleh karena itu, memiliki jumlah uang kas di atas saldo minimum investasi tidak menjadi suatu kepastian seseorang pasti siap menjadi investor reksa dana. Untuk menjadi investor reksa dana, seseorang harus “Sehat secara Keuangan”.

Definisi sehat secara keuangan tidak ditentukan dari seberapa banyak jumlah uang dimiliki seseorang. Tapi juga darimana asalnya, apakah dari hutang, pinjaman lain atau memang hasil tabungan? Gaji boleh besar, apakah pengeluaran juga besar pula? Untuk mengetahui apakah seseorang sehat secara finansial dapat dilakukan dengan melakukan Financial Check up.

Financial Check Up berbeda dengan profil risiko ataupun data kondisi keuangan yang anda isi pada saat formulir pembukaan rekening reksa dana. Profil risiko bertujuan untuk menunjukkan jenis reksa dana seperti apa yang cocok untuk anda, sementara data yang terdapat pada formulir pembukaan rekening hanya bersifat informasional saja.

Financial check up dilakukan dengan cara mengukur rasio-rasio keuangan seseorang, kemudian membandingkan rasio-rasio tersebut dengan suatu rasio standar. Apabila rasio keuangan pribadi orang tersebut sudah sama atau lebih baik dibandingkan dengan rasio standar, maka seseorang dikatakan “Sehat Secara Keuangan” dan siap untuk menjadi investor. Ada 4 rasio yang dipergunakan dalam financial check up antara lain :

1.       Rasio Hutang Konsumtif

Diperoleh dari Total Hutang Konsumtif / Total Pendapatan Bulanan

Yang termasuk dalam hutang konsumtif antara lain Hutang / Kredit Tanpa Agunan dan Hutang Kartu Kredit. Standar untuk rasio ini adalah 0%. Rasio ini menjadi rasio yang utama dalam menentukan seseorang sehat atau tidak. Jika seseorang sampai memiliki hutang konsumtif untuk alasan apapun, maka orang tersebut tidak sehat secara keuangan dan tidak layak untuk menjadi investor.

2.       Rasio Cicilan

Diperoleh dari Total Cicilan Bulanan / Total Pendapatan Tetap Bulanan

Yang termasuk total cicilan bulanan antara lain Cicilan KPR, Cicilan Motor, Cicilan Apartemen dan Cicilan lainnya. Total Pendapatan Tetap Bulanan adalah komponen pendapatan bulanan yang sifatnya tetap. Jika penghasilan seseorang terdiri dari Gaji yang Tetap dan Komisi yang variabel, maka hanya Gaji tetap yang dipergunakan. Standar untuk rasio ini adalah < 30%.

Poin dari rasio ini adalah bahwa orang yang memiliki hutang (yang bukan konsumtif) sebetulnya juga boleh menjadi investor investasi dan bisa dikatakan sehat secara keuangan. Batas rasio untuk bisa dikatakan sehat adalah di bawah 30%.

3.       Rasio Dana Darurat

Diperoleh dari Total Aset Likuid / Total Biaya Tetap Bulanan

Yang termasuk total aset likuid antara lain dana kas, tabungan, deposito, giro, dan reksa dana pasar uang. Total biaya tetap bulanan terdiri dari seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap setiap bulan seperti biaya sewa, iuran air listrik, cicilan-cicilan, biaya makan dan minum, uang sekolah anak dan biaya tetap lainnya yang tidak dapat dihemat lagi. Standar untuk rasio ini adalah 6 kali untuk lajang dan 12 kali untuk pasangan yang telah berkeluarga.

Situasi darurat tidak dapat diprediksi oleh setiap orang. Bayangkan, tiba-tiba anda membutuhkan dana besar karena ada kerabat yang mengalami musibah, pada saat yang sama seluruh uang anda ditempatkan di reksa dana saham. Dan kebetulan bursa saham sedang dalam periode rendah-rendahnya di tahun 2008. Dengan memiliki dana darurat yang cukup, investor akan terbebas dalam situasi dia harus mencairkan dananya pada saat situasi investasi sedang kurang baik.

4.       Rasio Biaya Terhadap Pendapatan

Diperoleh dari Total Biaya Tetap Bulanan / Total Pendapatan Tetap Bulanan

Standar untuk rasio ini adalah < 1. Rasio menyikapi gaya hidup seseorang. Gaya hidup yang sehat adalah gaya hidup dimana seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap dapat dicover dari pendapatan yang sifatnya tetap pula. Apabila memiliki rasio lebih dari 1, berarti gaya hidup anda terlalu “tinggi” dan perlu dilakukan penyesuaian. Caranya bisa dengan mengubah pendapatan variabel menjadi pendapatan tetap, seperti meminta kenaikan gaji. Atau berusaha berhemat dengan menurunkan pengeluaran yang sifatnya tetap.

Rasio Kesehatan Keuangan Untuk Financial Check Up

Keterangan :

Hutang Konsumtif           = Hutang KTA dan Hutang Kartu Kredit

Cicilan Bulanan                  = Cicilan Kartu Kredit, Kredit Rumah, Kredit Kendaraan

Aset Likuid                          = Tabungan, Giro, Deposito, Reksa Dana Pasar Uang

Investasi reksa dana bukan merupakan investasi yang memberikan jaminan kepastian hasil. Ada risiko naik turunnya harga yang harus dipahami dan akan dihadapi oleh investor. Pada saat menghadapi ketidakpastian harga, penting sekali bagi investor untuk mengambil keputusan dengan tenang. Jika investor berada dalam kondisi kesehatan keuangan yang tidak baik, maka terdapat kemungkinan investor mengambil keputusan yang salah. Sebagai ilustrasi, misalnya investor dihadapkan pada kondisi harga saham yang sedang turun, pada saat yang sama, dia terpaksa menjual reksa dana tersebut karena kekurangan dana untuk membayar total cicilan kartu kreditnya yang sudah jatuh tempo.

Financial check up perlu dilakukan secara periodik paling tidak 6 bulan sekali. Selain itu, pada saat investor akan mengambil keputusan keuangan yang sifatnya penting seperti mengambil KPR, KTA, pengeluaran dalam jumlah yang besar Liburan jauh, pernikahan, biaya rumah sakit. Financial check up sebaiknya dilakukan sebelum keputusan keuangan tersebut diambil. Jika kebutuhan bersifat urgent sehingga tidak ada pilihan lain, review dilakukan setelah keputusan tersebut di ambil sambil mencari cara untuk memperbaiki kondisi keuangan agar sehat kembali.

Kesiapan investasi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Jangan terburu-buru mengambil keputusan, jangan pula terbuai untuk berinvestasi hanya karena iming-iming reksa dana tersebut memberikan return yang tinggi di masa lalu. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang ingin menjadi calon investor reksa dana..

Meminjam pepatah

Berakit-rakit Ke Hulu, Berenang-renang Ke Tepian

Bikin Sehat Keuangan Dulu, Investasi Reksa Dana Kemudian

Penyebutan produk investasi di atas (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis.

“Melakukan copy & paste artikel berita ini dan atau mendistribusikan ulang melalui situs atau blog Anda tanpa izin tertulis adalah melanggar Hak Cipta / Copyright ©”

Advertisement

144 thoughts on “Sehat Dulu, Investasi Kemudian..

  1. @daniel
    Kemudian kamu juga bisa coba bawa emas yang punya sekarang, bayangkan ini adalah situasi darurat yang membutuhkan dana. Kemana anda akan menjual emas tersebut dan berapa harga yang anda dapat?

    Di coba saja, paling entar pas mau transaksi bisa bilang ga jadi (he he..)

    Yang namanya dana darurat itu memang harus dirasakan sendiri dulu, kalau tidak kita tidak bisa menakar seberapa daruratnya. Dan FYI, kedua pengalaman di atas adalah pengalaman saya sendiri.

    Semoga bermanfaat

    Like

  2. oh iya saya setuju dengan itu pak… tapi sebenernya saya bertanya itu karena saya sedang menghitung Rasio Dana Darurat… karena dana darurat saya, terlanjur saya jadikan emas sebagian…

    nah karena disitu bapak menulis bahwa yang termasuk total aset likuid antara lain dana kas, tabungan, deposito, giro, dan reksa dana pasar uang.

    makanya saya berpikir bahwa emas seharusnya termasuk aset likuid jg dibandingkan dengan reksadana yg cair paling cepat h+3 (atau saya salah? karena baru belajar reksadana)

    btw pak, saya baca diatas bapak mau pake gambar profile? daftar dl disini
    https://en.gravatar.com/
    nanti otomatis setiap bapak ngepost dengan alamat email yg sama hampir disemua blog akan kluar gambar profilenya… :p

    Like

  3. berdasarkan jumlah take home pay saya dan istri (umur kami berdua 33)…
    Rasio Hutang Konsumtif 0,00%
    Rasio Cicilan 38,75% (cicilan kpr s.d 2023 dan cicilan mobil s.d 2017)
    Rasio Dana Darurat 3 (tidak menghitung emas, klo dengan emas menjadi 5,5)
    Rasio Biaya Terhadap Pendapatan 62,50%

    rencananya saya ingin memakai 1/3 (10jt) dari dana darurat untuk berinvestasi di reksadana dengan top up 1 jt perbulan untuk 5 tahun…. klo berdasarkan test risk profile di “Kontan” saya dijinkan untuk mengambil reksadana saham… cuma saya masih bingung reksadana apa? dan jg masih bingun dengan NAB/UP, apakah tidak apa2 mengambil reksadana yang NAB nya tinggi atau harusnya yg NAB nya rendah…

    mohon bantuan pemikirannya pak… 🙂
    trimakasih banyak

    Like

  4. @daniel
    Salam Daniel,

    Terima kasih atas tips gravatarnya. Nanti saya akan coba buat.

    Mengenai pertanyaan anda, emas mau anda masukkan sebagai dana darurat karena dianggap aset likuid tidak apa2. Sebenarnya Reksa Dana Pasar Uang sekalipun punya sedikit kendala karena ketika dicairkan perlu H+1 hari kerja. Jika anda melakukan pencairan di hari Jumat Sore, maka transaksi tersebut baru diproses senin dan uang baru anda bisa terima hari selasa.

    Point saya, memasukkan emas dan reksa dana pasar uang tidak masalah, tapi tidak bisa semuanya. Paling tidak ada 1-2 kali dana darurat berupa tabungan ber ATM yang bisa ditarik sewaktu2. Atau kalaupun mau porsi emas dan reksa dana pasar uangnya banyak, anda bisa menggunakan fasilitas kartu kredit. Bukan sebagai fasilitas tarik tunai, tapi sebagai alat untuk menalangi pembayaran sambil menunggu penjualan emas atau pencairan reksa dana.

    Mengenai pertanyaan anda, bisa anda coba klik arsip artikel dan cari pembahasan tentang reksa dana mahal dan reksa dana murah. Semoga bisa menjawab pertanyaan anda. Kalau masih ada yang bingung baru kita diskusikan lagi.

    Terima kasih.

    Like

  5. sudah saya baca pak…. sudah mulai jelas jalannya… 🙂
    tinggal saya memutuskan RD jenis Campuran ato SAHAM dan RD apa yang akan saya ambil….
    btw pak, jika saya ingin mengambil RD PANIN (mgkn RD MAKSIMA atau PRIMA) di kota Medan…
    dimana saya bisa beli? karena saya lihat di- http://www.panin-am.co.id/ContactUs.aspx -tidak ada cabang di kota Medan…
    dan brapa minimal pembelian pertama untuk kedua RD tersebut?
    trimkasih

    Like

  6. @Rudiyanto
    Terima kasih sarannya Pak, semakin membuka pola pikir saya mengenai perencanaan keuangan. Jadi intinya memperbesar penghasilan dan dengan mempertahankan gaya hidup maka porsi investasi bisa diperbesar untuk mencapai tujuan di masa depan. Sekaligus memperbesar dana darurat dan mengumpulkan asset aktif untuk tercapainya kebebasan finansial. Ah semoga bukan sekedar impian tapi bisa terlaksana sesuai harapan..Amien..sekali lagi terima kasih Pak.

    Like

  7. @DaNieL
    Salam Daniel,

    Cabang Panin Asset Management memang hanya di Jakarta dan Surabaya saja. Untuk di luar daerah tersebut, kami dibantu oleh Panin Sekuritas. Informasi mengenai cabang Panin Sekuritas di Medan bisa anda dapatkan di http://pans.co.id/?page=Hubungi_Kami

    Untuk detailnya anda cukup bertanya langsung ke cabang yang bersangkutan, terima kasih.

    Like

  8. Pak, saya istri bekerja dengan 2 anak (4 tahun dan 6 bulan dalam kandungan). Saya dan suami berusia 34 tahun. Kondisi keuangan kami:

    Rasio Hutang Konsumtif = 0%
    Rasio Cicilan = 0%
    Rasio Dana Darurat = 5X
    Rasio Biaya Terhadap Pendapatan = 0.57

    Saat ini kami berinvestasi 2 properti dan logam mulia, dan tidak memiliki asuransi/reksadana apapun. Pertanyaan saya:

    1. Kami menyimpan dana pendidikan, dan pensiun dalam bentuk properti dan LM. Apakah langkah kami ini sudah benar, karena saya sering membaca tentang reksadana saham sebagai dana pendidikan dan dana pensiun?

    2. Adakah saran Bapak untuk jenis investasi buat kami supaya dalam jangka panjang kami tetap dapat hidup nyaman?

    Terima kasih.

    Like

  9. @Fanny
    Salam Fanny,

    Kalau boleh saya kasih nilai, kondisi keuangan anda saya akan kasih nilai A.
    Kondisi ini bahkan jauh lebih baik dari punya saya sendiri, saya sungguh kagum.

    Nilai tersebut akan jadi A+, kalau perencanaan anda disiapkan dengan lebih SMART. Lebih tepatnya unsur M dalam SMART yaitu Measurable. http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/05/07/seni-menyusun-tujuan-investasi-dengan-prinsip-smart/

    Terkait pertanyaan anda:
    1. Seperti komentar saya di atas, yang kurang dari rencana anda adalah perhitungan matematikanya. Berapa yang anda butuhkan untuk dana pendidikan dan pensiun nanti? Misalnya X Rp. Nah dari properti dan emas yang anda punya, apakah perkiraannya bisa mencapai nilai X tersebut. Jika bisa maka selamat, jika belum permasalahannya bukan di properti, logam mulia atau reksa dana akan tetapi berapa jumlah yang harus dipersiapkan.
    Meski demikian, menurut saya Logam Mulia bukan instrumen investasi. Anda bisa setuju bisa tidak, tapi selengkapnya bisa anda baca di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/04/20/saatnya-beli-emas/

    2. Untuk perencanaan pensiun anda bisa baca beberapa artikel ini
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/06/08/perencanaan-pensiun-dengan-reksa-dana/
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/05/03/kiat-investasi-untuk-para-pensiunan/
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2011/04/25/pensiun-dengan-reksa-dana-anda-yakin/

    Saran saya sebaiknya anda memiliki asuransi. Jenis asuransinya seperti apa, anda bisa membaca studi kasus ini
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/09/12/my-experience-with-unit-link/

    Semoga menjawab pertanyaan anda, dan jaga terus rasio keuangan dan kesehatannya. Semoga sukses dan sehat selalu.

    Like

  10. saya seorang mahasiswa tertarik ikut RD, belum ada NPWP. Apakah ikut RD wajib memiliki NPWP Pak? Pengennya sih ikutan atas nama sendiri, tanpa melalui orang tua, Pak. Trims. Mohon sarannya..

    Like

    1. Selamat Siang Dana,

      Kalau mengenai hal ini, ada perbedaan perlakuan di Manajer Investasi dan Bank Agen Penjual. Di Panin Asset Management, kewajiban NPWP ada bagi Warga Negara Indonesia yang usianya antara 25 – 60 pada saat bergabung.
      Semoga bermanfaat bagi anda. Terima kasih.

      Like

  11. Salam Kenal Pak Rudi

    Saya berusia 32 tahun, belum berumahtangga dan bekerja sebagai PNS disalah satu kementerian di Jakarta. Saya sudah menjadi nasabah dari reksadana panin dari 6bln yg lalu. Dan saya sudah menghitung bahwa keuangan saya bisa dikatakan sehat, dikarenakan saya tidak punya cicilan hutang. Pada awal masuk saya invest 5 juta dengan strategi investasi berkali (bukan autodebet), karena penghasilan sebagai PNS tidak tentu setiap bulannya. Nah setelah saya baca-baca tentang asuransi, bpk menyatakan bahwa sebaiknya sebelum memutuskan berinvestasi, ikut asuransi. Sedangkan saat ini hanya ikut asuransi dari kantor saja yakni ASKES. Apakah saya perlu membeli produk asuransi lainnya ? karna pernah baca2, katanya kalo blum berumahtangga maka asuransi belum terlalu diperlukan. Jika perlu, produk asuransi seperti apa ?

    terima kasih

    Like

  12. @Ronny
    Salam Ronny,

    Terkait perlu tidaknya memiliki asuransi, logika saya begini tentang asuransi jiwa
    1. Apakah saat ini anda merupakan tulang punggung keluarga? seseorang atau lebih dari 1 orang bergantung kepada anda bahkan untuk makan sehari-harinya?
    Jika ya, maka lanjut. Jika tidak maka tidak perlu beli asuransi Jiwa
    2. Apakah jika seandainya terjadi sesuatu pada anda, aset yang anda wariskan cukup untuk menghidupi mereka 8 – 10 tahun ke depan?
    Jika ya, maka tidak perlu beli asuransi jiwa, jika tidak maka sebaiknya anda punya.

    Terkait asuransi kesehatan:
    Sebenarnya sederhana, kita harus punya. Hanya saja standar setiap orang berbeda2, ada yang harus langsung ke spesialis. Ada juga yang bisa bersabar di dokter umum. Namun jika biaya rawat inap, operasi dan rumah sakit sudah cukup tercover dalam ASKES yang kamu miliki, maka kamu tidak perlu beli asuransi kesehatan tambahan. Jika belum cukup, maka kamu bisa pertimbangkan untuk upgrade atau beli asuransi kesehatan tambahan.
    Tahunya cukup darimana, coba cari tahu riwayat keluarga yang pernah dirawat di rumah sakit, kemudian coba tanyakan ke HRD atau ke kantor, seandainya (amit2) terjadi kondisi serupa, seberapa besar coverage yang diperoleh.

    Nah, kalau sudah terlindungi Jiwa dan Kesehatannya, baru kita fokus sama investasi. Jika belum, mau 1/2 invest 1/2 asuransi gpp, tapi jangan sampai tidak ada asuransi sama sekali.

    Semoga bermanfaat.

    Like

  13. Malam Pak Rudi,

    Saya ingin memuat ke 4 ratio diatas untuk artikel dalam blog asuransi saya.
    Apakah boleh? Saya akan mencatumkan link ke blog ini.
    Terima kasih.

    Like

  14. @yush4
    Salam Yusha,

    Kalau boleh usul, anda bisa menulis artikel sendiri dan memasukkan 4 ratio di atas sebagai salah satu dari bagian artikel.

    Blog yang baik (atau paling tidak menurut saya baik) adalah blog yang isinya orisinal. Perihal menarik atau tidak itu soal selera dan jam terbang. Kalau sudah sering menulis, lama2 akan ada orang2 yang appreciate dan tulisan juga akan baik.

    Jadi teruslah berkarya untuk membuat blog yang orisinal. Semoga bermanfaat.

    Like

  15. Salam kenal pak rudi,

    Secara pribadi saya suka dengan artikel ini karena benar-benar membukakan mata saya mengenai investasi

    Umur saya 30, karyawan swasta dengan 1 anak dan istri tidak bekerja. Kondisi keuangan kami sebagai berikut
    Rasio Hutang Konsumtif = 10% namun semuanya cicilan 0% dan akan lunas dalam 3 bulan.
    Rasio Cicilan = 30%
    Rasio Dana Darurat = 5X
    Rasio Biaya Terhadap Pendapatan = 0.4

    Saat ini kami berinvestasi di 3 apartemen dan hal inilah yang menyebabkan rasio cicilan sampai menyentuh 40% di tahun lalu, namun syukurlah kami bisa menurunkan rasio ini dengan lunasnya mobil, tambahan penghasilan dan juga pelunasan sebagian.

    Karena banyak membaca mengenai financial planning, termasuk salah satunya blog pak rudi, saya sudah mereview semua asuransi saya dan bermaksud untuk menutup unit link saya yang sudah berjalan 7 tahun dan membuka asuransi jiwa term life dengan uang pertanggungan yang tinggi. Sementara asuransi kesehatan sudah dicover kantor termasuk anak dan istri untuk jumlah yang lumayan.

    Yang saya tanyakan adalah apakah investasi properti adalah langkah yang tepat saat ini, mengingat 2apartemen ini baru akan serah terima setahun lagi dan bahkan yang ketiga masih 3 tahun lagi. Melihat kenaikan harga unit dan potential pendapatan sewa rasanya pertumbuhannya akan lebih tinggi dibanding reksadana, namun saya juga paham, bahwa properti adalah aset yang tidak liquid sehingga saya harus punya keranjang lain. oleh karena itu saya sedang menimbang nimbang untuk menambah investasi di reksadana dengan menggunakan alokasi dana dari unit link yang akan saya tutup, kebetulan sekarang sedang membaca kontan edisi khusus.

    Terima kasih

    Like

  16. @Marcel
    Salam Marcel,

    Kalau membaca profil anda, saya menduga2 bahwa penghasilan bulanan anda pasti besar sekali sehingga sanggup mencicil 3 properti + 1 mobil dan rasio cicilannya baru 40% serta istri tidak bekerja.

    Sangat Luar biasa untuk ukuran orang di usia 30 an atau bahkan 40an sekalipun.

    Tentang investasi properti, sebetulnya tidak ada istilah tepat atau tidak. Sepanjang kita paham dan potensi risiko dan return serta nyaman dengan investasi tersebut, maka investasi tersebut sudah tepat.

    Semoga sukses dan sehat selalu. Terima kasih.

    Like

  17. 1.brp rasio persentase minimal utk asuransi proteksi kesehatan dari penghasilan?
    2.rasio dana darurat bukannya 6 x pengeluaran tetap perbulan? bukan pendapatan tetap,sgt debatable kl diambil dr pendptan tetap

    Like

  18. Pak…senang sekali baca artikel pak rudy ini,
    Umur saya 33th(single parent) ,bekerja n punya anak 1,kondisi keuangan saya sbg berikut
    Hutang = 0%
    Cicilan =0%
    Dana darurat =12x
    Rasio biaya terhadap pendapatan = 30%
    Saat ini saya punya aset liguid bentuk deposito,emas,tanah n saya ambil
    Asuransi berbasis investasi+proteksi (bukan unitlink),utk asuransi kesehatan saya sudah ditanggung
    Tempat saya bekerja sepenuhnya,tp untuk anak blm ada
    Apakah saya harus ambil asuransi kesehatan buat anak??

    Setelah baca2 ttg reksadana saya bnr2 tertarik ingin mencoba
    Untuk hari tua n ingin ambil reksadana panin dana prima atau maksima
    Sedangkan saya type org yg suka ambil resiko moderat,bagaimana menurut pak rudy??

    Atas saran n jawaban pak rudy saya ucapkan trimakasih sebelumnya
    Salam
    Lely

    Like

  19. @lelyta
    Luar biasa Ibu Lely,

    Kalau misalkan sudah punya rumah, menurut saya kondisi kamu sudah mendekati yang namanya financial freedom. Tinggal nanti anda punya aset yang hasilnya bisa mengcover semua kebutuhan kamu saja.

    Untuk asuransi anak, menurut saya memang perlu tapi itu harus asuransi kesehatan. Jadi fokusnya adalah kesehatan, bukan asuransi yang katanya nanti usia dia sekian tahun akan dapat sekian Rp atau kita kenal dengan nama unit link. Setahu saya, cukup sulit untuk mencari asuransi kesehatan untuk anak kecil karena kebanyakan produk bentuknya unit link, namun jika dapat ya bisa dipertimbangkan.

    Untuk tujuan keuangan kamu bisa menggunakan 1 reksa dana untuk hari tua dan 1 reksa dana lagi untuk pendidikan anak. Jika profil risiko kamu moderat, di Panin Asset Management sebenarnya juga tersedia produk campuran yaitu”
    Panin Dana Prioritas – Campuran Konservatif dengan bobot saham hanya 30%
    Panin Dana Syariah Berimbang – Campuran Moderat dengan bobot saham 50%
    Panin Dana Unggulan – Campuran Agak Agresif dengan bobot saham 60 – 70%
    Panin Dana Bersama Plus – Campuran Agresif dengan bobot saham hingga 79%

    Ada juga Panin Dana USD – Campuran Konservatif dengan bobot saham 30% dan mata uang USD. Cocok jika anda mau menggunakan untuk persiapan pendidikan ke luar negeri.

    Jika profil anda moderat, namun anda berminat pada reksa dana saham, sebetulnya menurut saya masih bisa dengan catatan kondisi keuangan anda terbatas dan tujuan anda masih panjang sehingga anda butuh produk yang lebih agresif dan potensi hasil lebih tinggi untuk mendapatkan tujuan yang anda inginkan. Namun jika kemampuan keuangan anda cukup, maka sebenarnya dengan reksa dana yang moderat sudah cukup. Namun semua itu kembali ke anda.

    Anda bisa membaca artikel ini http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/03/28/panduan-mempersiapkan-pensiun-dengan-reksa-dana/ untuk panduan pensiun. Apabila anda ingin dibuatkan perencanaan yang spesifik, bisa menghubungi Marketing atau Customer Service di Panin Asset Management.

    Terima kasih.

    Like

  20. Dear Pak Rudy

    Salam Kenal.
    Blog Bapak sangat menginspirasi dan membuka pikiran saya 🙂

    Jika boleh meminta saran, saya umur 22 Tahun.
    Penghasilan saya 8,5 juta, namun saya menjalankan usaha yang kemungkinan tiap bulannya menghasilkan 4 juta.
    Hingga saat ini, saya mengalokasikan keuangan dengan sebagai berikut (asumsikan penghasilan saya hanya 8,5 juta):
    Life Cost : 3 juta
    Cicilan : 0
    Investasi Logam Mulia : 4 Juta
    Rekreasi : 1 juta
    Biaya tak terduga : 500 Ribu

    Hingga kini saya punya dana darurat 6X penghasilan.
    Asset saya hanya motor seharga 8 juta (present value)
    Menurut bapak, bagaimana pengaturan keuangan saya ?
    Apakah harus ada yang saya ubah ?

    Terimakasih banyak pak Rudy 🙂

    Like

  21. @Tony
    Salam Pak Tony,

    Terima kasih atas komentarnya. Dan selamat juga, untuk ukuran usia anda yang baru 22, pendapatan 8,5 juta itu tidak kecil. Dengan asumsi naik 10% saja setiap tahun, di usia 30 anda sudah punya pendapatan kira-kira 18 juta per bulan. Kalau kinerja anda yang bagus ini dipertahankan, dengan tingkat kenaikan 15% per tahun, di usia 30 gaji anda bisa mencapai 26 juta.

    Kemudian terkait kesehatan keuangan anda yang sangat bagus, menurut saya ini hanya sementara. Yang namanya life cost akan naik 50% ketika anda sudah mulai berpacaran dan mungkin minimal naik 100% ketika anda sudah berkeluarga. Namun jangan khawatir, ini adalah proses normal yang dilalui juga oleh semua orang. Dengan dana darurat lebih dari 50 juta dan tanpa utang, rasa-rasanya sudah sangat sehat secara keuangan.

    Langkah selanjutnya yang perlu kamu pikirkan adalah proteksi. Ada 2 macam, asuransi kalau sakit (kesehatan) dan kalau meninggal. Untuk asuransi kesehatan terserah kamu apakah mau ikut yang swasta atau ikut pemerintah BPJS. Dari promosi yang saya baca, sepertinya premi untuk BPJS kesehatan sangat murah dan mencakup segala kondisi penyakit. Namun jika anda menginginkan pelayanan kesehatan yang lebih ekslusif, anda bisa coba survei ke asuransi swasta. Namun jika sudah asuransi dari kantor, kamu tidak perlu membeli sendiri asuransi tersebut.

    Yang paling baik tentu adalah jaga makan dan gaya hidup. Jangan minum minuman keras, tidak merokok, rajin olahraga dan sering-sering mengunjungi tempat ibadah, niscaya hidup anda akan sehat-sehat dan baik-baik saja.

    Yang kedua adalah asuransi jiwa. Sekarang mungkin belum, namun suatu saat kamu akan jadi tulang punggung keluarga. Pada saat itu, kamu harus memikirkan seandainya penghasilan kamu hilang, apakah keluarga kamu bisa bertahan hidup untuk katakan 8 tahun ke depan? Jadi dengan asumsi, biaya hidup keluarga 5 juta per bulan, dikalikan 8 tahun adalah 480 juta. Jadi kamu perlu membeli asuransi dengan uang pertanggungan sebesar angka tersebut.

    Kenapa 8 tahun? itu hanya angka saja, bebas kamu mau pakai 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dst. Patokannya sederhana, jika kamu punya anak, maka diasumsikan uang itu cukup untuk membiayai dia sampai kuliah. Apabila belum berkeluarga dan saudara atau orang tua masih aktif bekerja, menurut saya tidak perlu membeli asuransi terlalu besar. Namun jika orang tua dan saudara semua sudah mapan, maka menurut saya asuransi jiwa tidak lagi diperlukan.

    Setelah proteksi selesai, langkah berikutnya adalah investasi. Untuk investasi, langkah pertama adalah harus ada tujuannya. Jadi investasi logam mulia 4 juta per bulan yang kamu lakukan itu harus jelas tujuannya untuk apa. Kalau masih bingung tentang tujuan investasi anda bisa baca di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/05/07/seni-menyusun-tujuan-investasi-dengan-prinsip-smart/

    Kalau saran saya kamu mulai bisa membuat beberapa rencana seperti persiapan DP Rumah, Mobil dan pernikahan.

    Semoga Sehat dan Sukses Selalu.

    Like

  22. @Rudiyanto
    Dear Bapak Rudi

    Terimakasih atas saran yang sangat detail dan spesifik.
    Saya kagum dengan kerendahhatian Bapak yang dengan sangat tulus menjawab pertanyaan tiap pembaca.

    Semoga karir Bapak tetap melambung bagaikan padi 🙂
    Salam hormat

    Tony

    Like

  23. Pa rudi,
    Sy berusia 29 y, ratio:
    Konsumtif: 0
    Cicilan: 33
    Darurat: 7
    Biaya: <1
    Sy ingin mempersiapkan dana sekolah anak sy yg sekarang berusia 4 m. Dana yg dibutuhkan 1.5M berdasarkan kondisi ekonomi saat ini, dana sekolah ini akan dibutuhkan kira2 17 y kemudian. Profile sy moderate, tp setelah baca2 rds relatif aman u jangka panjang, apakah benar? mohon masukannya kira2 reksadana apa yg cocok dan berapa setoran bulanan investasinya?

    Like

  24. @alfa
    Salam Alfa,

    Rasio keuangan anda sangat bagus dan ideal pak. Untuk tujuan keuangan juga sudah sangat jelas. Kalau saran saya, kamu bisa mencoba menggunakan kalkulator finansial yang ada di website Panin AM dengan memasukkan informasi sbb:
    http://www.panin-am.co.id/InvestmentCalculator.aspx

    Pilih kebutuhan investasi berkala
    Rp 1.5 M sebagai kebutuhan investasi dan Periode 17 tahun
    Inflasi katakanlah 5% dan ekspektasi investasi 20% dengan asumsi saham.

    Untuk pertanyaan apakah RDS aman untuk jangka panjang anda bisa baca http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/02/20/berapa-asumsi-return-investasi-saham-yang-wajar/

    Mengenai reksa dana apa yang cocok jelasnya untuk tujuan jangka panjang adalah saham. Namun utk reksa dana saham apa, anda bisa coba lihat2 dari sekian banyak Manajer Investasi mana yang paling menarik untuk anda.

    Terima kasih dan semoga bermanfaat.

    Like

  25. Pak Rudi,
    Umur saya 26 thn, lajang dgn gaji 14 jt sebulan..
    Rasio saya :
    Konsumtif: 0
    Cicilan: 25% (saya br mulai mencicil kendaraan)
    Darurat: 4
    Biaya: 0.45 (sy trmasuk boros dan jg sbg tulang punggung kluarga)

    Saat ini sy blm pernah brinvestasi apapun.. Tp sy memiliki asuransi unit link 500 rb/bln, perlukah sy tutup krn sy sudah dicover kesehatannya oleh kantor?
    Jika ingin mulai berinvestasi, produk apakah yg paling tepat untuk sy? LM, deposito atau reksadana.. Sebenarnya sy ingin mengambil produk jangka panjang krn High return jg tp sy takut tiba2 membutuhkan dana tidak terduga. Misalkan ortu sakit, krn ortu sdh tidak bekerja dan adik msh ada yg kuliah (2 thn lg lulus).

    Mohon pencerahannya dan terima kasih atas jawaban nya.

    Like

  26. @Mita
    Salam Mita,

    Untuk usia 26, nilai gaji anda rasanya sudah termasuk tinggi. Selamat.
    Untuk rasio keuangan anda juga sangat sehat. Kalau anda hanya memakai 45% dari gaji anda rasanya tidak termasuk boros. Anda masih bisa mengambil cicilan mobil atau rumah senilai 30% dari gaji. Namun tentunya mobil tersebut benar2 diperlukan. Jika tidak, naik kendaraan umum atau taksi juga ok.

    Untuk pertanyaan mengenai asuransi bisa anda baca
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/09/12/my-experience-with-unit-link/
    Untuk pertanyaan mengenai pilihan investasi bisa anda baca
    http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2012/05/07/seni-menyusun-tujuan-investasi-dengan-prinsip-smart/

    Semoga bisa menjawab pertanyaan anda, terima kasih.

    Like

  27. Dear Pak Rudi,

    Salam kenal Pak Rudi.
    Umur saya 33 thn, gaji 3,5jt/bln.
    Ikut asuransi investasi 500rb/bln, ada cicilan hutang ktr 500rb/bln ( utk operasi bapak ).
    Saya tulang punggung keluarga.
    Ada uang simpanan yang terpakai dan ingin mengumpulkan dana lagi agar uang simpanan yang terpakai tersebut bisa ada lagi. Saya juga ingin mewujudkan mimpi saya untuk membiayai kedua orang tua pergi ibadah, beli rumah, beli mobil.
    Agar bisa terwujud keinginan dan mimpi tersebut sebaiknya apa yang harus saya lakukan?
    Karena selama ini uang habis terus dan saya ingin merubahnya.
    Apakah saya harus mengumpulkan dana dahulu untuk mengganti uang yang terpakai atau saya bisa ikut reksadana sambil mengumpulkan dana?
    Atau ada cara lain? Tolong infonya.

    Terima kasih atas info dan bantuannya.

    Like

  28. @ning
    Salam Ning,

    Pertama-tama, saya ingin memberikan apresiasi yang setinggi2nya atas niat baik anda dalam mensejahterakan orang tua, diri kamu sendiri dan juga sampai menanggung hutang demi operasi orang tua anda.

    Untuk mengubah mimpi tersebut, ada 2 saran dari saya:
    1. Kebiasaan hidup hemat dan asuransi anda tetap dipertahankan. Saya tidak tahu anda tinggal di propinsi mana, yang jelas dengan gaji tersebut dipotong cicilan, akan sulit untuk bertahan hidup di Jakarta. Sebab anda juga membayar biaya kos juga bukan? Dan Asuransi tersebut sangat penting karena sebagai tulang punggung keluarga, akibatnya akan sangat fatal apabila anda sakit atau mengalami hal tidak diinginkan.

    2. Dari uang yang bisa anda sisihkan setiap hari, menurut saya bisa anda gunakan untuk pengembangan diri. Entah itu belajar, kursus, atau hal lainnya karena dengan usia anda sekarang menurut saya gaji 3.5 juta per bulan itu masih kurang. Apabila tempat kerja anda tidak memungkinkan untuk memberikan hasil yang lebih tinggi, maka pilihannya adalah meningkatkan kemampuan diri dan produktifitas untuk mendapatkan gaji yang lebih baik atau melakukan pekerjaan tambahan yang tidak menganggu pekerjaan utama.

    Apabila ada uang sisa yang mau digunakan untuk investasi itu menurut saya ok ok saja. Tapi bukan itu. Yang penting adalah bagaimana anda memiliki penghasilan yang lebih besar sehingga ada uang lebih untuk diinvestasikan di reksa dana.

    Semoga informasi ini bermanfaat, dan semoga sukses mencapai impian anda. Terima kasih.

    Like

  29. salam kenal pak,

    saya pria single usia 30 thn, tinggal di jakarta. Gaji 7 jt. pengeluaran perbulan rutin 3 juta. (byar kost, makan sebulan, pulsa, ciciilan kartu kredit dan hobi). Saya termasuk telat dalam investasi bahkan menabung, masa muda saya terlalu banyak berfoya2. baru 3 tahun belakangan ini saya berinvestasi. Hasilnya asset yang saya punya adalah

    Tabungan : 15 jt
    Reksadana tetap : 25 jt
    Reksadana Saham : 10 jt
    Sepeda motor
    asuransi kesehetan rawat inap dan asuransi penyakit kritis sendiri
    asuransi kesehatan dari kantor

    Dengan penghasilan segitu apakah sudah cukup sehat atau saya perlu menambah penghasilan utama saya ? Sementara saya punya 3 keinginan yang jadi prioritas saya , yaitu

    – Kuliah S2, total biaya selama 2 tahun 30-40 jutaan. Alasannya adalah untuk jenjang karir bisa lebih bagus nantinya. Saat ini masih staff, jika saya s-2 kemungkinan ke level management lebih terbuka.Dengan jadi manager otamatis gaji saya naik. Atau saya bisa nyambi jadi dosen untuk kuliah malam atau weekend di sini saya mengharapkan penghasilan tambahan

    – Beli rumah, dengan gaji segitu saya bisa max plafond 300 jutaan untuk 15 thn. harga rumah sekitaran bodetabek sekarang 400-sd 500. asumsi saya ambil yang 400 jt, maka saya harus punya DP 100 jt, nah bagaimana mensiasatinya ?

    – Menikah, kalo yang ini saya belum ada kepastian karena saya belum punya calon istrinya, namun jika sudah di tunjukan sama tuhan, saya harus menyiapkan biaya pernikahan. Walaupun sederhana tapi saya harus mempersiapkannya.

    Dari ke 3 rencana ke depan manakah yang harus saya prioritaskan,
    – jika saya kuliah dulu maka saya harus sisihkan setidaknya 2 juta perbulan dan pada akhirnya saya menunda beli rumah setidaknya sampai 2 tahun ke depan (setelah kuliah selesai) padahal harga property pasti naik.

    – Jika saya beli rumah dulu maka saya harus menyiapkan setidaknya 1 tahun ke depan 50 juta lagi buat DP. Kuliah di tunda. dan uang saya pun habis.

    – Jika saya ternyata mendapatkan calon pasangan kira2, maka saya harus segera siapkan buat biaya nikah. Stidaknya rencana planning 1 tahun buat kumpulkan biaya.

    Menurut bapak , gimana sarannya untuk bisa mensiasati 3 hal tersebut. mana yang lebih jadi prioritas ???

    Like

  30. Ini rasio keuangan saya, pake financial diagnosis dari link menu blog bapak

    Rasio utang terhadap aset = 5,45%
    Rasio likuiditas = 5,00
    Rasio cicilan terhadap pendapatan = 3,23%
    Rasio kemampuan menabung = 61,29%

    Like

  31. sedangkan jika menggunakan perhitungan dari catatan blog di atas , maka

    – rasio hutang komsumtif = 0.07 atau 7 %
    – Rasio Cicilan = 0.035 atau 3.5 %
    – Rasio Dana Darurat = 5
    – Rasio Biaya Terhadap Pendapatan = 0.425

    Like

  32. @firman pradana
    Terima kasih Firman,

    Kalau dilihat dari rasio keuangan sebetulnya kamu sudah sangat sehat sekali. Cicilan konsumtif ya kalau bisa langsung dilunasi sekaligus. Tapi bunya dana darurat 5 bulan pengeluaran dan hanya menghabiskan 42% dari penghasilan sebulan itu sudah luar biasa.

    Kemudian terlepas dari kondisi anda yang sudah sehat, menurut saya untuk bisa “agak” lumayan di kota besar seperti Jakarta, minimum pendapatan yang dibutuhkan adalah 15 – 20 juta per bulan. Tapi tolong jangan dibandingkan dengan gaji kamu saja, tapi total penghasilan per tahun yang sudah termasuk gaji, insentif, bonus, THR dan lainnya (jika ada) kemudian dibagi 12. Kalau sudah angka segitu, menurut saya kamu bisa fokus pada biaya nikah atau DP rumah. Saya sih lebih prefer DP Rumah dulu.

    Tapi kalau belum, dan jika saya jadi kamu, saya akan priortas pada peningkatan kemampuan diri (kuliah S2) itu. Kalau bisa sambil nyambi mencari penghasilan tambahan tanpa mengganggu pekerjaan utama itu lebih baik lagi. Soal Nikah dan Rumah, itu memang perlu dipersiapkan. Tapi akan jauh lebih mudah kalau penghasilan kamu sudah besar.

    Kalau soal jodoh, mengutip kata Mario Teguh, “Success is Sexy”. Kalau income sudah ok, mungkin tidak terlalu sulit mencari pasangan hidup. Pesta pernikahan itupun sangat fleksibel. Kamu mau pesta besar-besaran dan memberikan hadiah Ipad untuk setiap orang yang menghabiskan dana miliaran, sampai pesta sederhana di rumah atau restoran bersama keluarga yang cukup beberapa juta saja juga bisa. Kehidupan berkeluarga yang bahagia itu tidak harus dimulai dengan pesta yang luar biasa mahal. Yang penting kualitas hubungannya.

    Semoga bermanfaat.

    Like

  33. Selamat pagi pak Rudi

    Orang tua saya berusia 70 tahun dan sudah pensiun. Punya rumah tinggal dan 1 mobil dan tidak ada cicilan hutang apapun dan tidak ada tanggungan.

    Saat ini mereka memiliki aset produktif berupa sebuah rumah kontrakan yang menghasilkan 40juta/tahun dan sebuah apartment yang menghasilkan pendapatan dari sewa sebesar 95juta / tahun. Aset lain yang dimiliki berupa RD saham senilai sekitar 600juta dan LM 300gr. Perlu diketahui awal tahun depan ayah saya akan mendapatkan pencairan dana pensiun lump sum yang kedua (yang terakhir) sebesar 3 M rupiah dari perusahan tempatnya bekerja dulu. Biaya hidup orang tua saya sekitar 15 juta per bulan dan mereka berharap bisa mendapatkan pendapatan total dari passive income idealnya di atas 20 juta per bulan. Jumlah tersebut rencananya ingin dicapai setelah mendapatkan pencairan dana pensiun yang terakhir yang kemudian akan diinvestasikan.

    Pertanyaan saya, bagaimana sebaiknya mengalokasi dana pensiun yang sebesar 3M itu supaya bisa mendapatkan penghasilan tambahan setidaknya 10 juta per bulan mengingat saat ini penghasilan dari aset produktif yang ada belum dapat menutup biaya hidup 15 juta tersebut dan selama ini harus menutup kekurangannya dari dana darurat yang besarnya sekarang tinggal sekitar 10x mthly expenses.  Sebenarnya tidak sulit untuk mendapatkan jumlah tersebut bila membeli properti lagi untuk disewakan tetapi saat ini alokasi aset mereka di kolom properti sudah hampir 80 persen dari total aset (belum termasuk rumah tinggal yang sekarang mereka tempati) dan terkesan kurang seimbang dan cukup beresiko apabila kelak terjadi property crash seperti di AS. Tentu saja jika uang tersebut hanya didepositokan saja maka ke depannya akan terus digerogoti inflasi. Atas sarannya saya ucapkan terima kasih.

    Like

  34. Dear Pak Rudi,

    Maaf baru balas sekarang.
    Terima kasih atas infonya.
    Sekarang sedang mencoba berhemat pelan-pelan, sedikit demi sedikit.
    Saya sudah mengambil RD saham, daripada uang habis gak jelas terus, walau nominal kecil.
    Mencoba memperbaiki bertahap, mudah-mudahan bisa terselesaikan semuanya.

    Salam sukses untuk Pak Rudi dan kita semua.
    Untuk hidup yang lebih baik. Amin

    Like

  35. Terima kasih Pak atas ulasan2nya. Sgt bermanfaat utk kami.
    Saya Mutia, usia 27th, tidak bekerja. Suami bekerja di BUMN di Cirebon dg gaji 15,8jt/ bulan (sdh termasuk bonus 7x gaji).
    Untuk biaya hidup sekitar 4jt/bulan, karena kami tinggal di rumah dinas.
    Kami sedang mencicil rumah di Depok sebesar 5jt/bulan yang akan selesai di tahun 2021.
    Kami berencana untuk mencicil mobil awal tahun nanti sebesar 4jt/bulan (DP sudah ada).
    Untuk kesehatan, rawat jalan & RS sudah ditanggung kantor untuk saya & calon anak kami. Termasuk dana pensiun juga sudah potong gaji dari perusahaan.
    Saya memiliki asuransi kesehatan+jiwa unitlink sudah berjalan 2th, yang akan kami berhentikan, karena sudah dicover kantor, dan dirasa kurang maksimal.

    Rasio hutang konsumtif : 0%
    Rasio Cicilan : 31,58%
    Rasio Dana Darurat : 4,5 kali atau 13 kali jika dg emas.
    Rasio Biaya : 25,26%

    Pertanyaan kami,
    1. Apakah rencana kami mencicil mobil sudah tepat? Mengingat rasio hutang sudah 31%, namun masih ada dana yang bisa kami sisihkan.
    2. Saat ini kami belum berinvestasi scr maksimal, karena mengumpulkan uang DP dan sedikit2 untuk membeli furniture. Perlahan kami ingin memulai dgn reksadana saham untuk mempersiapkan pendidikan anak dan biaya haji. Manakah yang harus kami dahulukan, melunasi cicilan (termasuk mobil) atau ber investasi?

    Sebelumnya terima kasih banyak Pak,
    Sukses selalu dan makin bermanfaat untuk sesama.

    Like

  36. @farhamutia
    Salam Ibu Farhamutia,

    Sehubungan dengan pertanyaan anda:
    1. Mengenai cicilan mobil, apakah anda juga sudah menghitung biaya operasional mobil? Sebagai contoh, uang parkir, uang bensin, uang tol, uang asuransi, uang aksesoris, uang jalan2 karena begitu punya mobil tiba2 orang jadi punya hobi untuk menjelajahi tempat baru atau mencoba makanan di tempat yang jauh? Jadi membeli mobil tidak hanya soal rasio cicilan saja tapi juga meningkatkan biaya hidup.

    Apakah mobil ini benar-benar merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditawar atau karena anda memiliki dana lebih dan berminat untuk punya mobil saja?

    2. Kembali ke pertanyaan no 1, mobil itu kebutuhan atau gengsi? Kalau memang kebutuhan untuk antar jemput anak sekolah dan suami anda, dimana fasilitas kendaraan umum yang tersedia sudah tidak aman dan nyaman lagi. Ya menurut saya memang itu harus didahulukan. Tapi jika masih bisa menggunakan fasilitas kendaraan umum atau naik kendaraan bermotor, mengapa tidak digunakan untuk rencana yang lain?

    Saya banyak melihat orang punya mobil tapi malahan bawa motor terutama jika kantornya di SCBD Jakarta. Bagaimana tidak, parkir Rp 5000 per jam, sehingga per hari bisa Rp 45 – 50rb. Kemudian kena Three in One, kalau pakai Joki bisa Rp 25.000 x 2 perhari untuk pulang pergi. Belum lagi tol, bensin dan macetnya.

    Semoga diskusi ini bermanfaat.

    Semoga bermanfaat ya.

    Like

  37. Selamat pagi p rudy..
    Selama ini kami tggl di cirebon yg transport umum nya belum memadai. Saat ini sdh ada mobil pinjaman orgtua, biaya servis, pajak serta operasional nya sudah termasuk biaya hidup kami.
    Sehatkah skema cicilan seperti itu? Perkiraan perbulan masih tersisa 2jt utk tambahan lain2. Terima kasih pak..

    Like

  38. @mutia
    Yth Ibu Mutia,

    Menurut saya, berinvestasi adalah kegiatan mengambil risiko. Kenapa orang mengambil risiko, karena dia sadar bahwa hanya dengan menabung tidak akan mencukupi kebutuhannya.

    Sama juga, ketika orang mengambil kredit yang cicilannya melebihi 30% pendapatan, saya juga sebut dengan mengambil risiko. Secara kedokteran keuangan, dia akan bilang tidak sehat. Namun jika itu memang “harus” apa boleh buat.

    Sekarang yang membedakan apakah itu harus atau tidak adalah apakah membeli mobil itu “Gengsi” atau “Kebutuhan” yang tidak bisa ditunda lagi?

    Dan berhubung saya bukan dokter, saya tidak bisa menjatuhkan vonis sehat atau tidak kepada anda. He he.. Ini hanya ibarat hasil pemeriksaan lab saja. Untuk detailnya silakan tanya ke dokter yang berizin seperti perencana keuangan.

    Semoga menjawab pertanyaan anda.

    Like

  39. Salam, Pak Rudi. Terima kasih karena mau berbagi ilmu melalui artikel2nya yg sangat bermanfaat…

    Saat ini saya & suami sedang memikirkan untuk membeli rumah di daerah jakarta atau sekitarnya. Tp saat ini kami sdh 8 thn tinggal di luar kota krn suami sedang ditempatkan di cabang disini & belum tahu kapan akan ditarik ke jakarta lg.

    Secara keuangan kami tidak ada hutang konsumtif maupun cicilan lainnya. Saat ini kami memiliki 2 anak kecil & suami saja yg bekerja.

    Pertanyaan saya, apakah lebih baik kami mengambil KPR sekarang mengingat harga rumah terus naik setiap tahun meskipun kami belum akan menempatinya atau lebih baik kami investasikan uang tersebut dgn membeli reksadana dengan tujuan mendapat tambahan modal agar lebih mampu lagi membeli rumah yg sesuai idaman kami?

    Atau juga, apakah mungkin membeli rumah secara tunai dari hasil investasi reksadana?

    Mohon sarannya, Pak Rudi & terima kasih sebelumnya…

    Like

  40. @Ine
    Salam Ine,

    Sebetulnya kondisi anda adalah kondisi yang dihadapi mungkin sebagian besar atau hampir semua kelas menengah di kota besar di Indonesia. Ada tabungan dan simpanan, tapi bingung mau diinvestasikan atau dipakai untuk DP Rumah saat ini juga.

    Kalau menurut saya, rumah tempat tinggal (rumah pertama) adalah kebutuhan yang tidak hanya pokok tapi juga kebanggaan pribadi. Tentu bangga sekali rasanya sudah tidak tinggal di rumah mertua indah atau membayar kontrakan meskipun tinggal di rumah yang masih nyicil. Besar atau kecil itu relatif, yang penting milik sendiri.

    Meski demikian, kita juga harus mempertimbangkan kemampuan keuangan. Ketika memutuskan membeli rumah, tidak hanya DP saja yang kita hitung, tapi juga cicilan per bulan dan uang yang dibutuhkan untuk mengisi rumah tersebut. Perabotan, air, listrik, dan peralatan elektronik itu semua butuh uang.

    Apabila semua hal di atas sudah dimasukkan dalam perhitungan anda, ketika sudah memiliki DP yang cukup, maka menurut saya sudah bisa membeli rumah. Jika belum, ya terpaksa dikumpulkan melalui instrumen investasi sampai mencukupi baru pembelian rumah dilakukan. Perihal mau terkumpul DPnya atau terkumpul semuanya sehingga bisa beli tunai, anda bisa tentukan sendiri. Namun melihat harga rumah di Jakarta, sepertinya sejauh uangnya cukup untuk DP, bayar cicilan dan kebutuhan bulanan, pembelian rumah sudah bisa dilakukan.

    Tentu saja, hal yang saya bahas di atas adalah jika anda adalah seorang pekerja. Jika anda seorang pengusaha, tentu hitungannya bisa lebih berani. Memang ada yang nekat dan berhasil serta semakin sukses. Tapi tidak sedikit juga yang bangkrut, terlilit hutang dan rumahnya disita.

    Semoga bermanfaat.

    Like

  41. Selamat malam pak rudiyanto. Saya minta saran saya karyawan swasta umur 35 tahun anak 2 orang 5 tahun dan 3 tahun penghasilan sekitar 20 jt tdk ada hutang bayar asuransi 2 jt perbulan, ada deposito 1,2 m dpt bunga perbulan 6jt ada 1 rumah sdh lunas , tanah dengan nilai aset 300 jt. Sebetulnya sy sdh tidak nyaman kerja jadi karyawan cm karena sy masih membutuhkan penghasilan untuk biaya anak2 saya sekolah jadi sy memilih bertahan sqmbil berharap tabungan sy mencapai 3 sd 4 m sehingga sy bisa mengandalkan bunga deposito sambil sy membuka kost2 an.pengeluaran sekitar 3 sd 5 jt perbulan pak. Kira2 reksadana apa yang cocok pak.?sy tinggal dikabupaten di ntt sehingga pembelian harus menghubungi cabang panin mana pak?tx

    Like

  42. @joko santoso
    Selamat Pagi Pak Joko,

    Senang sekali melihat kondisi keuangan berada dalam situasi yang sangat sehat.
    Dengan pendapatan 20 juta per bulan, pengeluaran 5 juta + asuransi 2 juta, berarti anda bisa menabung setidaknya 13 juta setiap bulannya dan itu jumlah uang yang besar menurut saya. Belum lagi anda masih mendapat bunga deposito sebesar 6 juta lagi setiap bulannya. Belum tentu warga kota besar seperti Jakarta dan Surabaya mampu menabung sejumlah tersebut sekalipun pendapatannya lebih besar.

    Dengan asumsi uang Rp 1,2 M dan mendapat bunga 6 juta per bulan atau 72 juta per tahun, berarti bunga yang anda dapatkan adalah 6% net atau 7.5% gross. Sebagai informasi bunga LPS sekarang sudah 7.75%. Jika anda mau menerima risiko bahwa deposito anda tidak dijamin oleh LPS, dengan nilai dana anda sekarang saya yakin anda bisa mendapatkan bunga lebih tinggi hingga 8 – 9 % gross. Anda hanya perlu mengambil cuti dan datang ke kota besar terdekat seperti Surabaya untuk window shopping ke bank yang bersedia menawarkan bunga tersebut.

    Sehubungan dengan tujuan keuangan untuk punya 3 – 4 M berarti tambahan 1.8 – 2.8 M bisa anda simulasikan di website Panin AM. Untuk cara simulasinya bisa baca referensi artikel di http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2014/08/10/3-langkah-menjadi-investor-reksa-dana-bagi-pemula/ menggunakan praktek no 2.

    Pada Praktek no 1, disebutkan apabila anda menyisihkan uang Rp 1 juta per bulan selama 10 tahun di reksa dana saham dengan asumsi keuntungan 20% per bulan, maka hasil investasi setelah 10 tahun akan menjadi 382 juta. Kalau anda menyisihkan 10 juta per bulan, tinggal dikalikan 10. Namun perlu diingat bahwa angka tersebut hanya merupakan asumsi. Hasil akhirnya bisa lebih tinggi atau rendah.

    Untuk pembelian reksa dana pertama kali masih diharapkan adanya tatap muka. Sebenarnya selain merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan, tatap muka tersebut juga merupakan faktor yang membangun kepercayaan. Anda bisa mendapatkan penjelasan lebih lengkap mengenai prosedur, cara kerja, manfaat serta risiko yang lebih lengkap mengenai investasi reksa dana dengan adanya pertemuan tersebut, termasuk pertanyaan jenis reksa dana apa yang cocok sesuai dengan pertanyaan anda.

    Jika memungkinkan apabila anda kebetulan ada di Surabaya, saran saya pak Joko bisa mengunjungi kantor cabang Panin AM Surabaya di

    Graha Bumi Surabaya Lt.3
    Jl. Basuki Rakhmat 106 – 128
    Surabaya 60271
    Telp : (62-31) 531-5488
    Fax : (62-31) 531-6488
    Email : surabaya@panin-am.co.id

    Bisa juga anda mengatur janji untuk ketemuan dimana. Kalau di NTT, mohon maaf masih belum ada cabang pada kota tersebut.

    Semoga bermanfaat.

    Like

  43. Yth. Bapak Rudiyanto

    Saya Tony
    Dalam 2 bulan terakhir ini saya memantau diskusi di forum ini dan sangat sangat bermanfaat untuk diterapkan.
    Kalau berkenan, saya ingin meminta pandangan Bapak.
    Saya berumur 22 tahun, bekerja sebagai ass. manager di perusahaan korea.
    Hingga kini saya memiliki investasi 200 gr logam mulia, motor Rp 5jt, dan tidak memiliki angsuran sama sekali.
    Penghasilan saya Rp 8jt/ bulan dan kadang mendapat penghasilan tambahan Rp 6jt/bulan dari usaha sampingan.

    saya memiliki rencana untuk mengambil S2, namun ada beberapa pertimbangan :
    1. Jika saya ambil S2 beasiswa di Inggris, otomatis saya akan kehilangan penghasilan tambahan dan keluar dari pekerjaan sekarang. Lalu kembali ke Indonesia memulai kembari karir dari 0 dan selama studi, investasi stagnan. Namun keuntungannya saya tidak perlu bayar biaya kuliah.
    2. Jika saya S2 di UI, saya harus membayar 21 juta persemester atau 84 juta hingga lulus. Dengan asumsi saya masih bisa berinvestasi tiap bulannya dan menaikkan karir di Indonesia.

    Menurut pandangan Bapak, bagaimana seharusnya dari sisi investasi dan karir?

    Terimakasih pak 🙂

    Like

  44. @Tony
    Salam Pak Tony,

    Sebelumnya saya salut untuk profil keuangan anda. Gaji pertama saya waktu seusia anda adalah menjadi asisten pengajar di universitas yang dibayar berdasarkan jumlah pertemuan. Kalau tidak salah ingat, waktu itu di kisaran 600 – 800 rb per bulan. Mau dikalikan inflasi sekalipun, rasanya tidak sampai setengahnya anda yang sekarang. he he..

    Yah tapi itu hal bagus, karena itu berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu kita baca di koran memang memberikan manfaat untuk masyarakatnya. Tentu saja, saya juga yakin bahwa anda adalah karyawan yang sangat bertalenta sehingga penghargaan dari perusahaan cukup baik.

    Pada point ini, tentu menjadi dilemma yang anda hadapi sangat besar. Di satu sisi, kapan lagi kita bisa ke Inggris dan sekolah dibayarin beasiswa yang saya yakin biaya hidup dan biaya sekolahnya bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran. Pengalaman kuliah di universitas internasional tentu tidak akan datang setiap waktu.

    Tapi di sisi lain, pekerjaan anda sekarang sudah mantap, perusahaan menghargai talenta anda, ada penghasilan tambahan, bisa juga dapat S2 di UI yang tidak kalah prestisenya dan dalam beberapa tahun dengan kondisi penghasilan anda sekarang tentu uang yang terkumpul sudah lumayan.

    Well, saya sendiri juga akan bingung sekali jika dalam kondisi tersebut. Kalau hal seperti ini, menurut saya bisa ditanyakan ke orang tua anda. Saya tidak dalam kapasitas bisa memberi kamu pandangan soal karir, tapi saya bisa sharing sedikit tentang perjalanan karir saya.

    Di awal karir, saya juga sempat mengalami kondisi dilema seperti yang anda hadapi meskipun mungkin tidak sebaik anda. Ceritanya waktu di baru lulus kuliah, saya sempat mengikuti program rekrutmen yang diselenggarakan oleh group Astra. Waktu itu, dari sekian yang ikut, akhirnya saya dan beberapa teman saya terpilih saringan pertama. Beberapa bulan kemudian, kami dipanggil lagi mengikuti psiko test, iq test dan segala macam test yang diselenggarakan oleh HRD.

    Bedanya pada saringan pertama, yang ikut hanya teman2 saya dari kampus Tarumanagara saja, kalau pada saringan kedua yang ikut sudah dari berbagai universitas. Ada yang S2, ada yang IPK cum laude, dan lain sebagainya. Waktu itu saya agak keder, karena IPK saya tidak cum laude dan hanya berpengalaman sebagai asisten pengajar. Satu hal yang saya sangat banggakan waktu adalah skripsi yang saya buat dengan mati-matian.Judul dan topik skripsi tersebut belum pernah dibuat sama sekali sehingga saya membuat semuanya dari nol. Proses pembuatannya juga benar-benar dilakukan dengan survey langsung ke perusahaan dan mengunjungi showroom mobil satu per satu. Waktu itu, saya dibimbing langsung oleh General Manager suatu perusahaan multifinance yang kebetulan menjadi dosen di universitas.

    Waktu wawancara, skripsi itulah yang saya ceritakan dengan semangat dan berapi-api. Saya tahu, kalau cuma mengandalkan IPK, pengalaman kerja dan lain-lain, banyak sekali yang lebih baik. Selesai interview, seperti halnya perusahaan besar, sampai dipanggil lagi bisa berbulan-bulan lamanya.

    Saya pun kembali pada kehidupan, kerja sebagai pengajar sambil magang di perusahaan riset yang pertama yaitu PT. Infovesta Utama. Waktu itu, status saya magang. Magang disana telah dimulai sejak semester terakhir sebelum skripsi. Saya memilih magang disitu karena kebetulan lokasi perusahaan tidak jauh dari tempat kost. Namun karena kondisi keuangan saat itu belum terlalu baik, saya magang tanpa dibayar. Buat saya ok ok aja karena saya butuh pengalaman kerja.

    Setelah magang beberapa bulan disana, saya melihat bahwa produk perusahaan itu sangat baik. Tapi mungkin tidak dipasarkan dengan baik sehingga belum terlalu memberikan keuntungan untuk perusahaan. Kebetulan bidang usaha perusahaan yang bergerak di bidang data dan pengolahannya sangat sesuai dengan passion saya. Jadi saya klop sendiri bekerja di perusahaan tersebut. Dan yang paling penting, ada seorang mentor yang sangat luar biasa di perusahaan tersebut yang mau mengajari saya.

    Saya naik pangkat dari magang menjadi part time dengan gaji Rp 600.000 per bulan dan beberapa bulan kemudian menjadi karyawan tetap dengan gaji Rp 1,5 juta (kalau tidak salah). Ketika mulai kerasan dan menikmati pekerjaan tersebut, pihak Astra menelepon dan mengatakan bahwa saya diterima kerja disana. Bayangkan, mana yang pilih, kerja di perusahaan (yang waktu itu) masih ga jelas masih exist atau tidak tahun depannya, dengan diterima kerja di Astra yang notabene group besar dan sudah pasti gajinya jauh lebih tinggi waktu itu.

    Setelah memikirkan matang-matang, akhirnya saya putuskan untuk bertahan di perusahaan riset. Pertimbangan saya waktu sederhana, saya menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion. Selebihnya menjadi catatan di CV.

    Seandainya saya menerima tawaran tersebut, mungkin hari ini blog ini tidak akan pernah ada. Mungkin saja saya beralih buka bengkel franchaise mobil, mungkin juga saya menjadi jauh lebih sukses dari sekarang karena bagaimanapun group Astra adalah perusahaan besar yang telah mensejahterakan banyak orang. Tapi hal yang tidak saya sesali dalam pilihan tersebut adalah saya tetap melakukan pekerjaan sesuai passion. Ketika melakukan hal yang anda sukai, kadang-kadang uang sudah tidak terlalu jadi masalah (bukan berarti tidak masalah ya).

    Jadi, jika anda bertanya mengenai pandangan saya. Pilihlah opsi yang tidak akan kamu sesali 5, 10, 15 tahun dari sekarang. Mungkin itu bukan jalan yang paling membuat kamu kaya, tapi paling tidak kamu menjadi “hidup” ketika melakukannya.

    Terima kasih

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s