Persiapan Menjadi Investor Reksa Dana 2015

Child portrait

Sebelumnya perkenankan bagi saya dan keluarga untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Natal kepada umat yang merayakan. Pada hari yang berbahagia ini, semoga kedamaian, toleransi dan anti korupsi menjadi teladan bagi hidup kita sehari-hari.

Pada grafik hasil investasi year to date 24 Desember 2014 Infovesta di bawah ini, rata-rata untuk Reksa Dana Saham adalah 26,55%, campuran 16,25%, Pendapatan Tetap 7,66% dan Pasar Uang 6.90%.

Kinerja YTD Reksa Dana 24 Des 2014

Secara umum, bisa dibilang tahun ini cukup memuaskan terutama di jenis reksa dana saham. Setelah gagal mencapai return 20% selama 3 tahun berturut-turut dari 2011, 2012 dan 2013, akhirnya return rata-rata reksa dana saham kembali di atas 20% pada tahun 2014 ini (paling tidak sampai year to date 24 Desember). Rata-rata reksa dana campuran juga tidak mengecewakan dengan kisaran angka yang ada di belasan persen.

Yang agak mengecewakan adalah jenis reksa dana pendapatan tetap karena gagal membukukan tingkat keuntungan di atas 10% setelah pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini disebabkan karena kebijakan BBM yang terlambat dinaikkan ketika harga minyak dunia sedang tinggi, ancaman kenaikan suku bunga the Fed dan kebijakan BI untuk mempertahankan nilai Rupiah sehingga tingkat bunga dipertahankan padahal ada ruang untuk diturunkan karena tingkat inflasi yang rendah (sebelum kenaikan BBM). Akibatnya meski sempat naik, harga obligasi relatif tidak banyak berubah jika dibandingkan dari awal tahun.

Untuk jenis pasar uang yang membukukan 6.9% net atau setara 8.6% untuk deposito bisa dibilang bagus. Sebab berinvestasi di reksa dana pasar uang itu ibarat menyimpan di Deposit On Call. Ada perbedaan antara Deposit On Call dengan Deposito Berjangka. Yang dimaksud On Call itu artinya deposito tersebut bisa ditarik sewaktu-waktu. Karena likuiditasnya (dibaca bisa ditarik sewaktu-waktunya), maka umumnya bunga yang diberikan lebih rendah dibandingkan Deposito Berjangka yang hanya bisa ditarik pada akhir jatuh temponya. Pada prakteknya, buat anda yang sudah menjadi nasabah prioritas dengan dana ratusan juta hingga miliaran, bisa saja mendapatkan bunga yang lebih tinggi. Tapi buat anda yang belum termasuk kategori ini, return kisaran tersebut sudah bisa dibilang sangat baik. Bandingkan jika disimpan pada tabungan yang bunganya lebih kecil daripada biaya administrasi bulanannya.

Bagaimana dengan 2015 yang akan kita masuki beberapa hari lagi? Bagaimana dengan outlook return saham dan obligasi yang nantinya berdampak pada return reksa dana? Bagaimana pula dengan peraturan-peraturan yang di tahun 2015 yang perlu diantisipasi dan dimanfaatkan oleh investor? Apa saja tren-tren produk / program baru yang mungkin akan muncul pada tahun depannya? Saya akan membahasnya satu persatu pada artikel di bawah ini.

Update : Full Year Kinerja Reksa Dana 2014 (Rata-rata : Reksa Dana Pasar Uang 7.03%, Reksa Dana Pendapatan Tetap 7.85%, Reksa Dana Campuran 16.91%, dan Reksa Dana Saham 27.86%)

Full Year 2014

Outlook Investasi Obligasi

Secara fundamental, harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Jika suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya ini. Teori di atas adalah ilmu yang kita pelajari pada berbagai pelajaran investasi di sekolah, tempat kursus, atau universitas. Pada prakteknya suku bunga tidak naik dan turun setiap hari. Terkadang suku bunga malah bisa tetap sepanjang tahun sementara harga obligasi bisa berubah setiap hari. Artinya selain suku bunga, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi harga obligasi. Mulai dari ekspektasi perubahan suku bunga, selisih antara suku bunga / yield obligasi dengan tingkat inflasi, faktor permintaan dan penawaran, selisih suku bunga Indonesia dengan Amerika, kebijakan pemerintah untuk mempertahankan nilai mata uang, atau hal-hal baru lainnya yang bisa muncul sesuai dengan perkembangan zaman.

Karena pasar modal merupakan pasar yang sangat dinamis, terkadang sangat sulit untuk menentukan faktor mana yang dampaknya paling signifikan. Terkadang di suatu waktu, harga obligasi dipengaruhi oleh potensi kebijakan suku bunga di AS, di waktu lain harga obligasi bisa dipengaruhi oleh tingkat inflasi Indonesia. Contoh lain, harga obligasi yang sempat bergejolak selama beberapa hari di Bulan Desember 2014. Diduga hal ini disebabkan karena ada trader obligasi yang “tutup buku” sehingga menjual portofolio obligasinya. Pasar bereaksi secara berlebihan karena mengira ada perubahan fundamental padahal tidak ada sehingga ikut-ikutan menjual yang menyebabkan harga turun cukup dalam sebelum akhirnya naik lagi.

Namun jika ingin memberikan pendapat secara subjektif, kebanyakan pengelola dana akan sepakat bahwa harga obligasi akan ditentukan oleh ekspektasi suku bunga dan ekspektasi inflasi. Ekspektasi, artinya itu adalah harapan. Bisa terjadi, bisa juga tidak. Ketika ada ekspektasi bahwa suku bunga akan turun, maka harga obligasi sudah naik meskipun pada saat itu suku bunga masih tidak berubah dan sebaliknya. Secara teori, suku bunga “diusahakan” di atas tingkat inflasi. Jadi ketika inflasi sedang naik, maka kemungkinan suku bunga akan naik dan sebaliknya. Oleh karena itu, sebelum memprediksi ekspektasi suku bunga pada tahun depan, sebelumnya kita harus mengetahui ekspektasi inflasi terlebih dahulu.

Ekspektasi Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum. Pembangunan infrastruktur jalan, bandara, kereta api; pemberdayaan sumber daya laut (pengusiran dan penelenggaman kapal asing ilegal); pembangunan waduk, irigasi dan pendukung pertanian yang dicanangkan pemerintah jika berhasil akan menurunkan harga barang karena membuat biaya produksi semakin efisien. Di satu sisi, kenaikan UMR, harga barang impor dan bunga utang karena melemahnya Rupiah, serta kenaikan tarif listrik dan bensin (pengalihan subsidi) akan membuat harga barang naik karena produksi meningkat.

Jadi apakah inflasi akan naik atau turun tahun depan, rasanya agak sulit untuk memastikan karena faktor yang membuat naik dan turun sama-sama akan terjadi tahun depan. Untuk itu, saya mencoba menganalisa secara historis perubahan inflasi setelah terjadinya kenaikan harga BBM karena secara historis, harga BBM berdampak besar terhadap komponen perhitungan inflasi.

Ada 3 periode kenaikan BBM yang saya analisa yaitu

1. Kenaikan BBM 2 kali pada tahun 2005 yaitu 1 Maret dan 1 Oktober.

Grafik Inflasi Indonesia 2005 – 2006

BBM 2005

 

2. Kenaikan BBM pada 24 Mei 2008. Harga Premium naik dari 4500 menjadi 6000

Grafik Inflasi Indonesia 2008 – 2009

BBM 2008

3. Kenaikan BBM pada 22 Juni 2013. Harga Premium naik dari 4500 menjadi 6500.

Grafik Inflasi Indonesia 2013 – 2014

BBM 2013

 

Dari 3 kenaikan BBM di atas, ada kesamaan yaitu 5-6 bulan sejak kenaikan BBM ditetapkan, umumnya tingkat inflasi masih tinggi. Setelah itu akan mulai agak menurun dan turun drastis 1 tahun setelahnya.

Dengan menggunakan pola yang sama, seharusnya ekspektasi penurunan suku bunga BI baru akan terjadi 6 bulan setelah kebijakan BBM dinaikkan sebab inflasi baru akan menurun setelah itu. Mengacu pada tanggal kenaikan BBM terakhir yaitu 18 November 2014, berarti kemungkinan efek inflasi akibat kenaikan BBM masih akan benar-benar hilang di bulan November atau Desember 2015. Tingkat inflasi pada tahun 2014 setelah kenaikan BBM diperkirakan akan berada disekitar 7.7 – 8.1%. Tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2014 hingga bulan November adalah sebagai berikut:

Grafik Inflasi 2014

Inflasi 2014

Dengan asumsi efek inflasi hilang pada bulan November atau Desember 2015, berarti inflasi pada saat itu bisa turun hingga ke target pemerintah yang sebesar 5%. Sebetulnya angka inflasi berpotensi lebih rendah dari 5% mengingat sebelum kenaikan BBM, tingkat inflasi kita sempat berada di level 5%. Efisiensi dari pembangunan infrastruktur oleh pemerintah juga bisa berkontribusi terhadap inflasi yang rendah tersebut.

Dengan asumsi tingkat inflasi mencapai 5%, maka berarti tingkat inflasi bisa turun sekitar 2.7% – 3.1% dibandingkan prediksi inflasi akhir tahun 2014 yang mencapai 7.7% – 8.1%. Dengan demikian BI Rate memiliki ruang yang besar untuk diturunkan.

Ekspektasi BI Rate

Apakah BI Rate juga akan turun dengan besaran yang sama? rasa-rasanya tidak. Sebab secara fundamental, kurs mata uang Rupiah masih belum terlalu kuat karena Current Account Deficit (Ekspor lebih kecil daripada Impor). Harga minyak yang rendah dan pengalihan subsidi BBM memang akan mengurangi nilai impor. Namun current account deficit diperkirakan masih akan terus terjadi pada tahun 2015 karena:

  1. Harga komoditas ekspor seperti kelapa sawit, batu bara dan komoditas lain masih rendah karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia
  2. Kebutuhan akan produk impor baik itu bahan baku dan barang jadi masih akan tetap tinggi karena pembangunan infrastruktur
  3. Pertumbuhan ekonomi domestik yang ditandai dengan meningkatnya gaya hidup masyarakat kelas menengah. Ironisnya kelas ini lebih doyan produk impor daripada produk lokal (Smartphone, Mobil, makanan) yang harus diimpor

Return Obligasi = Capital Gain Yield + Current Yield

Penurunan BI Rate yang terlalu besar dikhawatirkan akan membuat Rupiah semakin melemah, oleh karena itu saya memperkirakan penurunan suku bunga mungkin akan dikisaran 0.5% – 1%. Per tanggal 24 Desember 2014, rata-rata tertimbang dari durasi obligasi pemerintah Indonesia adalah sekitar 5,6. Penurunan suku bunga sebesar 0.5% – 1% akan membuat harga obligasi menguat antara 2.8% – 5.6% (Capital Gain Yield). Besaran rata-rata tertimbang Current Yield (Kupon dibagi harga pasar) sebesar 8.8%. Jadi proyeksi return obligasi pemerintah tahun depan adalah Capital Gain Yield ditambah dengan Current Yield yang berkisar antara 11.6% – 14.4%.

Proyeksi return di atas berlaku untuk investor dana pensiun yang investasi obligasinya bebas pajak. Untuk reksa dana, asumsi return di atas harus dikalikan 95% karena untuk capital gain dan kupon obligasi dikenakan lagi pajak sebesar 5%. Tapi di satu sisi, reksa dana ditugaskan untuk mampu mengalahkan indeks acuan, jadi kisaran return di atas merupakan target wajar yang seharusnya bisa dicapai.

Outlook Investasi Saham

Berbeda dengan obligasi yang relatif lebih mudah diproyeksi karena saham merupakan perpaduan antara fundamental dengan sentimen. Terkadang pengaruh dari faktor fundamental bisa sangat kecil bahkan tidak ada dan pasarnya 100% tergantung pada sentimen dan sebaliknya. Proyeksi IHSG secara fundamental telah saya buat dalam artikel Apakah IHSG Akan ke 15.000 di Era Jokowi – JK. Dalam kesempatan kali ini, saya akan lebih fokus membahas IHSG dari sisi sentimen.

Dari riset sebelumnya, saya menemukan ada satu fakta menarik antara PERCEPATAN / PERLAMBATAN pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan IHSG. Fakta itu adalah sebagai berikut

Perubahan Pertumbuhan Ekonomi dan IHSG

Percepatan adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Perlambatan adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi, biasanya IHSG juga lesu karena biasanya target return saham di kisaran 15% – 25%. Pengecualian terjadi pada tahun 2005 dan 2014, kebetulan pada tahun tersebut terjadi kenaikan BBM.

Jadi secara sederhana, jika diproyeksikan dalam suatu tahun akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, maka kemungkinan proyeksi return sahamnya akan lesu kecuali pada tahun tersebut akan ada kenaikan BBM. Sebab kenaikan BBM secara langsung akan membuat biaya produksi meningkat, inflasi naik, dan (kemungkinan) suku bunga naik sehingga aktivitas ekonomi menjadi lebih lambat. Namun di satu sisi, investor mengetahui bahwa subsidi BBM merupakan hal yang kurang baik bagi perekonomian sehingga jika ada pengalihan (baca: kenaikan) subsidi BBM secara sentimen akan baik terhadap IHSG dalam jangka panjang.

Berbeda dengan return IHSG pada saat terjadi Perlambatan, ketika Percepatan pertumbuhan ekonomi terjadi, IHSG SELALU mengalami periode Bullish. Bahkan dalam 4 kali percepatan yang terjadi, kenaikan IHSG berturut-turut adalah 55%, 52%, 86% dan terakhir 46%. Bahkan yang paling rendah saja kenaikannya di atas 40%!! Tentu saja, jika saya memberikan proyeksi return IHSG 40% pada tahun depan, bisa dianggap terlalu mengada-ngada dan berorientasi jualan.

Bagi anda yang pernah mengikuti seminar-seminar dimana saya menjadi salah satu pembicaranya, tentu juga pernah mendengar pembahasan tentang Return IHSG di tahun PEMILU dan Pilpres. Dalam 3 kali PEMILU dan Pilpres terakhir di tahun 1999, 2004 dan 2009, return IHSG adalah berturut-turut 70%, 44% dan 86%. Sama seperti fenomena di atas, yaitu minimal di atas 40%. Namun tahun ini tampaknya belum terlalu beruntung sehingga baru naik 20%an. Dengan asumsi sejarah kembali terulang, siapa tahu kenaikannya bisa 1/2 dari kenaikan terendah sebelumnya yaitu sekitar 23%??

Percepatan Atau Perlambatan ?

Tentu saja kalau hal tersebut yang terjadi, bisa dibilang bahwa kenaikan tersebut akan lebih digerakkan oleh sentimen daripada fundamental. Namun yang lebih penting lagi, apakah perekonomian Indonesia akan mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan? Saya mendapatkan artikel yang sangat menarik dari koran Kontan dengan proyeksi sebagai berikut :

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2015

 

Sumber : Kontan E-Paper 22 Desember 2014

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014, kemungkinan besar akan berkisar di 5.1-5.2%. Dari koran-koran yang saya baca, sepertinya lebih mungkin di 5.1%. Dengan demikian, jika pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibandingkan 5.1% saja berarti sudah terjadi Percepatan Pertumbuhan Ekonomi. Dari 7 proyeksi yang dilakukan oleh para ahli yang dirangkum Kontan di atas, ada 1 ahli yang jika angka perkiraan terendahnya terjadi, bukannya Percepatan, tapi malah Perlambatan ekonomi yang akan terjadi. Pemerintah sendiri membuat target di 5.8% meskipun sebagian pihak masih menganggap angka tersebut terlalu tinggi.

Dari diskusi dengan tim riset di Panin Asset Management, rendahnya harga minyak merupakan berkah dan game changer. Sebab dari penurunan harga minyak dan pengalihan subsidi BBM, pemerintahan Jokowi sudah mendapatkan kelebihan anggaran Rp 230 Triliun tanpa harus menerbitkan obligasi atau meminjam dari lembaga finansial dunia. Jika persoalan dana sudah selesai, maka eksekusi oleh para menteri dalam hal pembangunan infrastruktur menjadi krusial. Mari kita berharap para menteri yang menempati pos penting merupakan menteri pilihan dengan kemampuan yang mumpuni dan bebas dari korupsi.

Hal lain yang bisa menghambat adalah jika harga minyak kembali naik. Sebab harga minyak sendiri merupakan harga komoditas yang bisa berfluktuasi dengan cepat. Secara struktural, harga minyak kemungkinan akan bertahan pada levelnya sekarang sampai dengan tahun depan. Hal ini disebabkan karena berkurangnya permintaan karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan yang lebih penting persaingan bisnis antara Arab Saudi dengan perusahaan penghasil Shale Oil. Harga minyak yang rendah akan membuat produksi Shale Oil tidak menguntungkan sehingga lambat laun pada akhirnya bangkrut. Jika skenario ini yang terjadi, maka ini merupakan berkah tersendiri bagi pemerintahan karena biaya pembangunan infrastruktur yang membutuhkan minyak sebagai bahan bakar menjadi lebih murah.

Secara fundamental, berdasarkan riset sebelumnya harga wajar IHSG secara fundamental berada di kisaran 5807 atau hanya naik 12% dari kisaran harga sekarang. Namun karena adanya faktor game changer seperti harga minyak yang rendah dan data historis dimana percepatan ekonomi akan berefek positif terhadap pertumbuhan saham, maka kinerja IHSG tahun depan bisa juga ditopang oleh faktor sentimen (baca PE Ratio wajar lebih tinggi). Jika selama ini saya menggunakan 16x sebagai angka maksimal, maka asumsi yang lebih optimis ini menggunakan PE Ratio 17 – 17.5 kali. Berdasarkan nilai tersebut maka proyeksi IHSG akan ada di 6171 – 6352 atau kenaikan 19% – 23% dari posisi per 24 Desember 2014.

Sesuai dengan tugasnya, reksa dana saham ditargetkan untuk bisa mengalahkan IHSG. Dengan demikian, diharapkan return reksa dana saham bisa lebih tinggi daripada angka tersebut. Panin Asset Management sebagai contoh, menargetkan minimal bisa 5% di atas indeks acuan.

Pendapat saya di atas juga dikemukan dalam wawancara dengan Bloomberg TV Indonesia. Berikut linknya (klik gambar untuk melihat video langsung)

Wawancara Bloomberg Tv Rudiyanto

Peraturan dan Tren Baru Reksa Dana

Menjelang akhir tahun ini, ada beberapa kabar baik dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk industri keuangan dan khususnya industri reksa dana Indonesia. Kabar baik itu ada yang berupa kemudahan untuk menjadi investor reksa dana dan kegiatan edukasi yang lebih menjangkau ke daerah. Kabar baik tersebut antara lain :

1. Syarat pembelian reksa dana cukup dengan KTP bagi Warga Negara Indonesia

Salah satu efek samping dari peraturan ini adalah tidak diperbolehkan penggunaan paspor. Sebelumnya untuk anak yang masih belum memiliki KTP digunakan paspor, namun dengan peraturan Prinsip Mengenal Nasabah yang baru, penggunaan paspor hanya diperbolehkan bagi Warga Negara Asing. Alternatifnya, bagi orang tua yang ingin mendaftarkan anak yang masih kecil dapat membuat rekening OR (orang tua OR anak). Nanti setelah anaknya dewasa, baru dilakukan perubahan rekening dari orang tua OR anak menjadi nama anak saja.

2. Tatap muka dan Pengiriman Surat bisa dilakukan secara elektronik

Selama ini kendala pemasaran reksa dana adalah nasabah harus bertatap muka dengan investor reksa dana secara fisik. Berdasarkan peraturan terbaru, tatap muka secara fisik bisa digantikan dengan cara melalui media elektronik yang direkam. Dengan demikian, bagi calon investor yang ada di daerah yang belum memiliki agen penjual bisa berinvestasi di reksa dana dengan menggunakan metode tersebut. Interprestasi terhadap media elektronik yang direkam bisa via telepon yang direkam, pembicaraan via Skype yang direkam, dan media elektronik lainnya.

Peraturan ini mungkin akan sangat baik bagi Manajer Investasi atau Agen Penjual non bank yang memasarkan reksa dana, namun bagi Bank Agen Penjual rasanya masih perlu penyesuaian mengingat Bank memiliki tingkat compliance lebih tinggi. Meskipun peraturan memperbolehkan namun peraturan internal / internasional (bagi bank asing) yang dianut belum memperbolehkan, tatap muka melalui media elektronik ini masih belum bisa dilakukan.

Terkait pengiriman surat konfirmasi dari Bank Kustodian ke investor reksa dana kerap bermasalah. Baik itu dibeli via Manajer Investasi langsung ataupun melalui agen penjual. Saat ini sudah dimungkinkan untuk pengiriman menggunakan media elektronik seperti email. Sayangnya tidak semua bank kustodian sudah siap dengan teknologi ini. Diharapkan pada tahun 2015, pengiriman surat sudah bisa dilakukan secara elektronik.

3. Agen penjual reksa dana akan lebih diperluas dan Nominal investasi diperkecil

Meski sudah bisa dilakukan secara elektronik, reksa dana yang merupakan bisnis kepercayaan tetap membutuhkan sentuhan secara fisik. Untuk itu, agen penjual tetap diperlukan.  Izin pendirian perusahaan efek yang khusus hanya memasarkan reksa dana juga akan lebih dipermudah sehingga membuka kesempatan kerja baru.

Himbauan untuk memperkecil nominal investasi hingga Rp 100.000 (atau disebut Reksa Dana Mikro) sebenarnya sudah diserukan sejak tahun lalu. Hingga saat ini sudah ada banyak Manajer Investasi dan Agen Penjual yang memungkinkan investasi dimulai dari Rp 100.000. Namun kendala biaya operasional yang mahal seperti pengiriman surat konfirmasi secara fisik masih menjadi kendala. Jika pengiriman secara elektronik masih belum dilakukan semua bank, maka konsep reksa dana mikro ini hanya akan membebani industri reksa dana. Sebagai informasi atas investasi Rp 100.000, Bank Kustodian tetap harus mencetak dan mengirimkan surat konfirmasi yang biaya mencapai Rp 10.000 per pengiriman dan biaya ini ditanggung oleh reksa dana (mengurangi Nilai Aktiva Bersih).

Tren Baru Industri Reksa Dana

Sebenarnya selain peraturan tentang Prinsip Mengenal Nasabah, masih ada lagi beberapa peraturan lain. Namun peraturan tersebut lebih berkaitan dengan internal dan pengelolaan risiko di Manajer Investasi dan Agen Penjual sehingga tidak berkaitan dengan nasabah.

1. Agen Penjual Semakin Banyak dan Bervariasi

Dengan agen penjual yang diperluas, tentu akan semakin banyak bermunculan agen penjual. Kemungkinan akan semakin banyak perusahaan sekuritas yang memasarkan reksa dana dan bermunculan supermarket reksa dana seperti IPOTFUND dan Phillip Reksa Danaku.

2. Manajer Investasi Semakin Bervariasi

Masuknya Ashmore, Eastspring, dan Abeerden pada tahun ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia masih sangat atraktif bagi Manajer Investasi asing. Dari info yang saya peroleh, masih banyak lagi nama besar Manajer Investasi kelas dunia yang berminat membuka perusahaan pengelolaan investasi di Indonesia. Dengan demikian nantinya pilihan produk akan semakin banyak.

3. Produk dan Program Akan Semakin Kreatif

Dengan Manajer Investasi yang semakin banyak, tentu masing-masing Manajer Investasi perlu melakukan inovasi produk supaya mendapat perhatian dari para investor. Tren produk reksa dana berkembang dari waktu ke waktu, mulai dari reksa dana berbasis Sektoral, reksa dana berbasis rumus matematika, reksa dana bertujuan Sosial, reksa dana dengan program autodebet, reksa dana dengan manfaat tambahan asuransi, reksa dana online, reksa dana ETF, reksa dana sektor properti REITS, dan inovasi lainnya. Tentu terobosan-terobosan tersebut akan semakin bermunculan di masa mendatang. Para investor tinggal menunggu tanggal mainnya dari Manajer Investasi dan Agen Penjual yang kreatif.

4. Kegiatan Sosialisasi akan Semakin Menyasar Daerah

Selain Manajer Investasi dan Agen Penjual yang mengadakan kegiatan sosialisasi ke Jakarta dan Kota Besar di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan melalui Cetak Biru Strategi Nasional Literasi Keuangan juga mewajibkan pelaku jasa keuangan untuk mengadakan kegiatan edukasi ke daerah. Bahkan ada beberapa kegiatan edukasi yang dibiayai oleh OJK langsung. Sebagai contoh, pada tahun 2014, Panin Asset Management telah berpartisipasi dalam kegiatan edukasi di daerah yang diselenggaran OJK di Pekanbaru, Pontianak, Aceh, dan Komunitas Guru SMA di Jakarta. Total edukasi dilakukan di 24 kota di Indonesia dan akan berlanjut di tahun 2015.

5. Kegiatan Pemasaran Bersama akan Semakin Masif

Selain edukasi ke daerah, Otoritas Jasa Keuangan juga menghimbau industri dalam hal ini Asosiasi Pengelola Reksa Dana untuk mengadakan event-event pemasaran di kota-kota besar di Indonesia sebagai contoh Pekan Reksa Dana dan Pasar Keuangan Rakyat. Pada dasarnya event ini merupakan kegiatan pemasaran bersama yang diikuti oleh semua pelaku industri jasa keuangan. Melihat responnya yang baik, diharapkan acara seperti ini dapat semakin sering dilakukan dan mengjangkau kota-kota besar selain Jakarta.

Demikian sharing saya kali ini, semoga bermanfaat bagi anda untuk persiapan investasi 2015.

Penyebutan produk investasi  (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen tertentu. Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan kembali terulang pada masa yang akan datang. Semua data dan hasil pengolahan data diambil dari sumber yang dianggap terpercaya dan diolah dengan usaha terbaik. Meski demikian, penulis tidak menjamin kebenaran sumber data. Data dan hasil pengolahan data dapat berubah sewaktu-waktu tanpa adanya pemberitahuan. Seluruh tulisan, komentar dan tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.

Facebook : https://www.facebook.com/rudiyanto.blog

Twitter : https://twitter.com/Rudiyanto_zh

Sumber Gambar : Istockphoto dan Bloomberg TV Indonesia

Sumber Data : http://www.infovesta.com, http://www.kontan.co.id

Advertisement

8 thoughts on “Persiapan Menjadi Investor Reksa Dana 2015

  1. Salam Pak Rudi, apa benar Pak pada peraturan yang terbaru untuk membeli reksadana hanya cukup dengan KTP saja tanpa harus pake NPWP?

    Terimaksih, salam

    Like

  2. selamat siang pak rudi…
    pak saya ada uang 5 jta saya ingin membeli reksadana sekali beli saja jangka wkt 5 tahun,beliknya melalui pihak BANK mandiri..

    kalau menurt bpk REKSADA APA SAJA yg harus saya ambil…
    terimakasi atas bantuanya pak…

    Like

  3. @noer
    Selamat Siang Ibu Noer,

    Untuk jangka waktu 5 tahun, cocoknya reksa dana saham. Untuk nama reksa dananya silakan berkonsultasi langsung dengan agen penjual di Bank Mandiri.

    Semoga bermanfaat.

    Like

  4. Ada 2 cara berinvestasi reksadana :
    1. Lumpsump, mengalokasikan dana sekali dengan jumlah tertentu, bisa top up.
    2. Installment, mengalokasikan dana investasi sesuai kemampuan secara rutin dan disiplin.

    Salam investasi, Paijo

    Like

  5. OOh, saya lupa..supaya tidak terasa menyusahkan bisa dengan auto debet..dana sudah otomatis teralokasikan..

    Salam Investasi…Paijo

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s